Mohon tunggu...
Elvin Miradi
Elvin Miradi Mohon Tunggu... -

Seorang blogger, suami untuk seorang bidadari dan bapak untuk tiga laki-laki. Simak tulisan lainnya di www.ElvinMiradi.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dari ‘Dek’ ke ‘Pak’

28 Desember 2011   15:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:38 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin karena berkali-kali ketemu pedagang terompet tahun baru selama dalam perjalanan ke SPBU, membawa alam bawah sadar saya tersugesti tentang betapa cepatnya waktu berjalan tanpa terasa. Ujung-ujungnya saya yang jadi sensi sendiri waktu pelayan SPBU bertanya dengan nada suara khas yang dipaksakan sesopan mungkin, "Mau diisi berapa liter, PAK???"

PAK??? What the PAK???

Ada apa ini? Satu tahun lagi hampir berlalu dan saya lupa kapan terakhir kali saya disapa dengan panggilan 'dek'? Pelayan SPBU ini benar-benar sukses membuat saya merasa sangat tua tanpa perlu melakukan hal-hal di luar batas kewajaran!

Saya sadar tahun berganti dengan cepat, tapi saya masih mau disapa 'dek'. Saya rindu disapa 'dek'! Kenapa semakin berkurang manusia di bumi ini yang sudi melakukannya untuk dirikuhhh?

Selama ini saya lebih banyak tersadar dengan proses penuaan orang lain. Selama ini saya sibuk memperhatikan proses penuaan orang lain tapi anehnya cermin di rumah justru tidak pernah memberi inspirasi untuk berpikir seperti hari ini.

Seperti orang tua kita yang merasakan keajaiban dunia selama menyaksikan kita tumbuh dari bayi, kemudian menjadi remaja sampai dewasa, saya juga sebenarnya sudah menjalani keajaiban serupa. Okelah, anak-anak saya sekarang masih kecil dan saya harus tetap berdoa supaya diberi umur panjang supaya bisa melihat mereka tumbuh sampai pelayan-pelayan SPBU yang sok sopan itu menyapa mereka juga dengan panggilan 'Pak'. Tapi kenyataannya, saya sudah bisa merasakan keajaiban itu dengan mengamati 'pertumbuhan' artis-artis idola saya.

Saya menyaksikan artis-artis idola saya bermetamorfosis dari yang dulunya kelihatan segar sempurna sampai sekarang di saat mereka mulai keriput! Salah satunya adalah Drew Barrymore, aktris kecintaan saya (yang sekaligus menjadi wanita tercantik ketiga di bumi setelah ibu dan istri saya). Saya masih ingat betapa dalamnya saya terperosok ke dalam cinta sewaktu menonton Drew dalam film Mad Love. Kedua bola mata saya langsung sepakat tanpa musyawarah bahwa Drew Barrymore memang sangat-sangat cantik sekali. Daya pikatnya begitu kuat sampai bisa membudakkan hati seorang remaja laki-laki yang sedang duduk di bioskop tepat di samping kekasihnya!

Jujur saya mengidolakannya sampai sekarang walaupun (anehnya) tidak sempat menonton semua filmnya layaknya yang dilakukan seorang fans berat. Harus saya akui bahwa mengidolakan seseorang hanya karena wajah dan senyumannya adalah sesuatu yang super konyol (maaf, saya tidak bermaksud mencari musuh dari kalangan penggemar boyband), tapi memang itulah chemistry yang terjadi antara saya dan Drew.

Tepatnya, saya saja. Drew tidak.

Sebenarnya saya punya pembenaran perihal pengidolaan fisik ini. Bahwasanya kita akan sangat dalam terpengaruh oleh sensasi-sensasi yang kita rasakan di saat kita masih belia. Inilah yang saya rasakan waktu masih ABG ketika pertama kali tertarik melihat kecantikan Drew. Yah, contohnya mungkin sama halnya dengan kesimpulan sebuah penelitian galau yang mengatakan bahwa pria-pria yang sering meraba duburnya sendiri sewaktu masih anak-anak akan memiliki kecenderungan menjadi homo. Banyak sih contoh-contoh lain yang tidak menjijikkan, tapi saat ini cuma contoh itu yang ada di otak saya.

Dan saat ini merupakan sebuah keajaiban melihat Drew menua dan mulai keriput. Tak percaya rasanya melihat salah satu anggota tubuhnya yang dulu selalu mekar membakar testosteron saya kini sudah melar menyerah melawan gaya gravitasi bumi!

Dan beberapa minggu yang lalu saya melihat poster-poster promosi konser Mr. Big di jalan-jalan. Apa benar itu mereka? Saya tidak melihat Mr. Big yang saya kenal. Saya cuma melihat gambar sekumpulan bapak-bapak dalam balutan kostum, gaya rambut dan aksesoris yang lebay!

Dan idola saya lainnya, sang maestro Michael Jackson, yang sempat bikin pemutar video milik bapak saya rusak gara-gara saya pake belajar moonwalking, yang menginspirasi saya untuk belajar dancing, yang mempengaruhi cara saya bernyanyi sampai sekarang, dan dia sudah meninggal! Astagafirullah, hidup ini benar-benar terlalu singkat...

Belum lagi di level nasional, tidak terhitung berapa kali sudah saya terheran-heran melihat sosok artis di infotainment, "Itu si X, bukan? Astaga, itu memang si X! Sudah tua sekali ya?"

Sekonyong-konyong lalu berderet fakta-fakta di kepala saya yang meneriakkan bukti-bukti ketuaan saya sendiri. Ada fakta tentang betapa payahnya saya di lapangan futsal yang harus berjibaku melawan manusia-manusia yang lebih muda, lebih cepat dan tidak ada capeknya. Apa orang tua mereka dulu lupa mengajarkan bahwa kata 'capek' itu ada? Kadang saya berkata sinis dalam hati, "Oke.. oke.. Kalian menang hari ini, tapi coba kalian main bola lawan saya sepuluh tahun yang lalu!", tapi itu mustahil kan? Lebih realistis sebenarnya kalo mereka yang bilang, "Oke, Bang! Biar lebih adil, kita bertanding sepuluh tahun lagi!", lebih parah!!!

Membeli baju di mall juga semakin susah dan penuh ambigu. Mau beli kemeja motif kembang, takut dibilang tua (tepatnya, takut dibilang seangkatan sama Anwar Fuadi). Mau beli kaos tapi semua ukurannya junkies-junkies. Sudah tidak terhitung berapa kali saya harus bertanya lirih ke istri saya di kamar pas, "Ma, apa saya terkesan berusaha keras tampil trendi?", atau "Ma, sempitnya di perut kelihatan jelas nda?", atau malah mengambil keputusan sepihak, "Mama, sudahlah. Ini ketat sekali! Saya kelihatan kayak debt collector!"

Apalagi beli celana. Perut cocok, eh kepanjangan. Panjangnya pas, eh perut malah terperas. Kenapa pembuat-pembuat jeans itu bikin celana yang tidak ngepas untuk tinggi orang Indonesia kebanyakan? Oh ya, sekalian nitip pesan buat department store di mall-mall, kalo bisa disediakan tukang jahit potong celana on the spot! Dan bagi yang sudah menyediakannya, tolong ingatkan tukang jahitnya untuk tidak kelamaan istrahat makan siang!!!

Kenapa baru sekarang saya nyadar kalo saya juga sudah tua ya? Lucu sekali melihat seorang pria 33 tahun yang merasa masih muda.

Oh my God!! 33 tahun, cyiiiin!!!

"Berapa, pak?"

"TIGA PULUH TIGA TAHUN!!!"

"Pak.. Maksud saya berapa liter???"

*) Selamat tahun baru 2012. Bersama kita menua...


Tulisan in juga dimuat di situs www.ElvinMiradi.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun