Pak Talib seorang juragan tajir di desanya. Kekayaannya berbanding lurus dengan kebaikannya kepada warga desa Gujarat. Hanya orang sirik yang mengatakan bahwa Pak Talib adalah seorang yang haus pujian dan senang mencari muka. Nyatanya, Pak Talib memang baik adanya.
Tidak jarang ia memberikan beras secara cuma-cuma kepada orang-orang tak mampu di desanya. Ia juga tidak ragu membantu siapa saja yang hendak membuka usaha di desa. Katanya, supaya warga desa maju bersama-sama. Di lain kesempatan, Pak Talib sering meluangkan waktunya untuk sekadar blusukan ke rumah-rumah warga dan memberi jajanan gratis pada anak-anak yang tengah bermain gundu.
Masyarakat merasa nyaman atas keberadaan juragan tajir ini. Selain karena menyejahterakan rakyat desa, kini desa mereka kian dilirik oleh desa lainnya. Kian hari warga desa tetangga kian sering singgah di desa Gujarat hanya untuk sekadar bertemu sapa dengan Pak Talib, atau hanya iseng meminta uang salam-salam atas hajatan yang akan diadakan oleh salah seorang warga desa sebelah.
Hari berganti, dan masyarakat mendesak Pak Talib untuk menjadi seorang Kepala Desa. Mulanya, ucapan tersebut hanya sekadar guyon-guyon yang dilancarkan mana kala warga berkesempatan duduk bersama Pak Talib di kedai kopi. Perlahan, guyon tersebut menjadi sebuah desakan serius yang mau tidak mau dilakukan oleh Pak Talib, demi rakyat yang sejahtera.
Tidak diragukan lagi, sebagian besar menyuarakan pendapatnya memilih Pak Talib, sang Juragan Tajir untuk menduduki takhta Kepala Desa. Sebagian lainnya mulai nyinyir merasa Pak Talib menyalib kesuksesan dan cita-cita Calon Kepala Desa yang kalah. Namun, suara terbanyak tetap menjadi bukti sah Pak Talib menduduki singasana desa Gujarat. Dan dia pun mulai menyusun perangkat desa yang menurutnya memiliki kompetensi yang tinggi untuk menyejahterakan rakyat Gujarat. Tanpa terkecuali, Calon Kepala Desa yang kalah.
Warga desa terkaget-kaget. Yang nyinyir bukannya bungkam, justru semakin nyinyir menebar fitnah. "Pak Talib caper!" "Pak Talib pasti menyuap!" "Pak Talib memakai jasa dukun desa sebrang!" dan banyak fitnah-fitnah lain yang merusak damai desa Gujarat.
Sekali waktu, desa diserang oleh penyakit menular yang belum memiliki obat. Pak Talib yang memegang mic rakyat Gujarat mendeklarasikan bahwa warga pasti akan selamat. Persediaan pangan masih cukup untuk mendekam masing-masing jiwa di dalam desa. Akses ke desa tetangga diputus secara sepihak.
Namun, masyarakat nyinyir tetap bergerak, merasa deklarasi Pak Talib bukanlah suatu penghalang bagi mereka mencari nafkah. "Ah. Tidak usah terlalu percaya dengan Pak Talib. Dia takut kita bekerja keras dan menjadi Juragan seperti dirinya, karena itu dia mencegah kita bekerja." Kata warga nyinyir satu ke warga nyinyir lainnya. Pun demikian warga nyinyir tidak luput mendapat bantuan pangan dari Pak Talib.
Pagi tadi, Pak Talib menyatakan bahwa persediaan pangan terancam habis, dan penyakit dengan serbuannya yang mematikan tersebut belum dapat dijinakkan. Warga nyintir kembali beraksi. Mereka mengatakan bahwa kemarin-kemarin Pak Talib mengatakan bahwa persediaan pangan masih banyak, hari ini Pak Talib mengatakan sudah hampir habis. "Omongan Pak Talib tidak bisa dipegang. Dia hanya sekadar janji. Dia korupsi!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H