Mohon tunggu...
ELVI HIDA
ELVI HIDA Mohon Tunggu... Freelancer - Dewa Hades

Do what you expect to do

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Hari Pendidikan Nasional, Apa Kabar Pendidikan Indonesia?

1 Mei 2018   06:25 Diperbarui: 1 Mei 2018   08:21 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 2 Mei 2018 yang bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Patutnya kita merenungi mengenai kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, hal yang sangat urgen untuk segera mendapatkan perhatian nyatanya masih sangat jauh dari kata layak, padahal pendidikan merupakan kunci dari kejayaan sebuah negara dimasa depan.

Tak henti-henti segala upaya dilakukan oleh berbagai stakeholder untuk merubah kondisi pendidikan pada saat ini,berbagai cara yang telah dilakukan pemerintah demi memajukan pendidikan di Indonesia nyatanya masih omong kosong, pemerintah saat ini memang sudah berkali-kali mengubah sistem pendidikan bahkan pemerintah telah menambah APBN ntuk sektor pendidikan, namun kenyataannya ekspektasi yang diharapkan dan kenyataan yang sedang terjadi semakin tumpang tindih antar berbagai kebijakan dan kondisi di lapangan. Pemerintah berharap pendidikan bisa maju semaksimal mungkin namun diarea akar rumput masih terdapat berbagai kekurangan baik dari segi sarana dan prasarana hingga sisi kesiapan mental siswa, hal tersebut terus berlangsung dan terus berkelut sebagai benang kusut yang akhirya tak dapat diusut hingga semua orang menjadi ribut termasuk guru yang kalut karena pendidikan yang kian semrawut. Pendidikan Indonesia sudah selayaknya digambarkan dengan DARURAT PENDIDIKAN, bagaimana tidak, di Indonesia sendiri sekolah swasta lebih banyak dibanding sekolah negeri dan guru honorer lebih banyak dibanding guru PNS, secara otomatis SDM yang dibina lebih banyak masuk di sekolah swasta dengan guru honorer. Hasil riset membuktikan bahwa gaji  yang diterima guru honorer  hanya bisa digunakan makan dalam sehari dari hasil jerih payahnya selama sebulan, jerih payah begadang membuat strategi pembelajaran, memikirkan metode pembelajaran, jerih payah bersabar dengan ulah peserta didiknya. Seyogyanya pemerintah lebih bisa memahami bagaimana letihnya kondisi guru yang telah memforsir tenaga dan pikiran demi kesuksesan peserta didik

Nyatanya entah tentang pendidikan karakter, agama maupun umum, sampai sekarang masih dibebankan kepada guru sekolah. Lalu calon guru dimanapun sudah di doktrin bahwa mengajar adalah suatu bentuk keikhlasandan dilarang berharap harta, pendidik tidak mungkin kaya hanya dengan mengajar, maka dimasukkan bidang studi enterpreunership di fakultas keilmuan dan guru di beberapa universitas, karena para dosen tau, bahwa gaji yang akan diterima oleh anak didiknya akan lebih sedikit dari usaha yang telah diberikannya.

Yang perlu digaris bawahi adalah "Guru mengajar bukan untuk dibayar, tetapi guru harus dibayar dengan wajar agar bisa fokus mengajar. Alangkah miris ketika gaji guru lebih sedikit dari gaji kasir indomar*t. Lebih miris lagi kalau guru harus melakukan pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan sampai dia kelelahan dan hanya bisa mengajar dengan tenaga sisa, bukan tenaga prima"

Dan semua mahluk di dunia ini tau, bahwa dengan akan terbukanya pasar ASEAN, Indonesia butuh SDM lebih banyak dari apa yang telah dimiliki, sekarang bagaimana bisa minta SDM yang berkualitas, jika masalah dasar untuk membentuk SDM itu sendiri belum diatasi. Bukan bermaksud menyalahkan pemerintah, namun harus meminta pertanggungjawaban ke siapa lagi?

Jangan muluk-muluk mikir kemana arah ekonomi, bagaimana keadaan pantai, bersihkah lingungan kita?

Mulailah dulu merawat akarnya sebelum berharap daunnya tumbuh hijau dan segar, sebelum mengusahakan bunganya mekar nan cantik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun