Dalam bidang ekonomi, stabilitas merupakan salah satu fondasi utama yang mendukung pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat. Meski demikian, stabilitas ekonomi dan stabilitas makroprudensial memiliki fokus dan pendekatan yang berbeda dalam mencapai tujuan tersebut. Dalam esai ini, kita akan mengkaji perbedaan antara stabilitas ekonomi dan makroprudensial, serta mengaitkannya dengan kasus-kasus terbaru yang mencerminkan dinamika kedua konsep ini.
Stabilitas Moneter
Stabilitas ekonomi mengacu pada keadaan di mana perekonomian suatu negara berfungsi dengan efisien tanpa mengalami fluktuasi yang signifikan. Ini meliputi kestabilan harga, rendahnya tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan keseimbangan neraca perdagangan. Berdasarkan data dari Bank Dunia, negara-negara dengan inflasi yang terkendali biasanya memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil.
Teori siklus bisnis menggambarkan bagaimana perekonomian mengalami fase ekspansi dan kontraksi. Dalam konteks ini, kebijakan fiskal dan moneter diterapkan untuk meredakan fluktuasi yang terjadi selama siklus bisnis. Contohnya, ketika terjadi resesi, pemerintah dapat meningkatkan belanja untuk mendorong permintaan, sementara saat periode booming, dapat mengurangi belanja untuk menghindari inflasi.
Saya berpendapat bahwa stabilitas ekonomi memiliki peranan yang sangat penting dalam menciptakan suasana yang mendukung bagi investasi. Ketidakpastian dalam ekonomi dapat menghalangi minat investor untuk berinvestasi, yang pada gilirannya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, tindakan yang diambil oleh pemerintah dan bank sentral untuk mempertahankan kestabilan harga dan pertumbuhan sangatlah vital.
Stabilitas Makroprudensial
Stabilitas makroprudensial bertujuan untuk mengawasi dan mengatur sistem keuangan guna menghindari risiko yang dapat mengganggu keseluruhan sistem. Laporan dari Financial Stability Board mencatat bahwa krisis keuangan global pada tahun 2008 menunjukkan bahwa kegagalan lembaga keuangan besar dapat memiliki dampak luas terhadap perekonomian di seluruh dunia.
Teori makroprudensial menekankan pentingnya pendekatan menyeluruh dalam pengawasan keuangan, yang tidak hanya memfokuskan perhatian pada kesehatan masing-masing lembaga keuangan, tetapi juga pada hubungan antara lembaga-lembaga tersebut serta potensi risiko sistemik yang mungkin timbul. Aspek yang diawasi termasuk kualitas aset, likuiditas, dan ketahanan modal bank.
Menurut saya, penerapan kebijakan makroprudensial sangat penting dan tepat untuk mencegah terjadinya krisis keuangan. Ketika lembaga-lembaga keuangan memiliki ketahanan yang baik dan risiko sistemik dapat diminimalkan, stabilitas ekonomi akan lebih mudah dicapai. Pengawasan yang ketat terhadap sektor keuangan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan investor.
Dalam kesimpulannya, perbedaan antara stabilitas ekonomi dan stabilitas makroprudensial terletak pada fokus dan metode yang digunakan oleh masing-masing. Stabilitas ekonomi berfokus pada pengelolaan kebijakan yang bertujuan untuk mencapai pertumbuhan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Ini mencakup aspek seperti pengendalian inflasi, pengurangan tingkat pengangguran, dan peningkatan pendapatan per kapita. Sebaliknya, stabilitas makroprudensial lebih berorientasi pada pengawasan sistem keuangan untuk mencegah munculnya risiko sistemik yang dapat mengganggu kestabilan ekonomi. Pendekatan ini melibatkan regulasi bank dan lembaga keuangan lainnya agar tetap dalam keadaan sehat dan mampu menghadapi guncangan ekonomi.
Keduanya memiliki peranan yang sangat penting dalam menciptakan perekonomian yang sehat dan berkelanjutan. Stabilitas ekonomi memastikan pertumbuhan yang inklusif, sedangkan stabilitas makroprudensial bertindak sebagai pelindung terhadap potensi krisis yang bisa muncul akibat ketidakstabilan di sektor keuangan.