Aku luruh di permukaan tirai malam
yang lelah diterpa angin
Ketika gelap  lejar mengetuk pintumu
Sebuah aksara menampar lirihan sade
Dan suara jalan mengalun pelan
Mengusik hati yang letih berkelana
Sekilas wajah asralmu menatapku
Tonggak-tonggak janji berdiri lusuh
Semua tentangmu terlanjur kuanggap suci
Kau berkata bahwa hidup itu seperti awan
Ada waktu berkumpul ada saatnya berpisah
Selalu ada kata kembali pada esok
Lalu kita mengemas jejak-jejak
Untuk mengirimnya ke peradaban maya
Kabut mencengkeram negri sempit ini
Remang menguasai tanpa peri
Tidak hanya di netra namun ke segala
Tangerang, 17Â September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H