Mohon tunggu...
Nur ElvianiDewi
Nur ElvianiDewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sultan Syarif Kasim

Your Heart Knows the way. Run in that Direction.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Imbas Keputusan Childfree terhadap Keberlangsungan Hidup

11 Juni 2023   20:24 Diperbarui: 11 Juni 2023   20:35 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tentunya, keputusan pasangan memilih hidup Childfree memiliki dampak, baik dampak positif dan negatif. Pertama, dampak positif. Dampak positif terbagi ke dalam dua lingkup, yakni lingkup pribadi dan lingkup publik. Dampak positif Childfree dari lingkup pribadi adalah bebas secara finansial, memiliki banyak waktu berdua dengan pasangan, terhindar dari trauma yang didapat semasa anak-anak. Sedangkan, secara lingkup publik dampak positifnya dalam kadar normal dapat mengatur jumlah populasi di dunia seperti di India dan taiwan yang melebih kapasitas penduduk dengan adanya keputusan Childfree di negara tersebut tentunya membantu mengurangi populasi penduduknya yang semakin membludak. Dengan ledakan populasi tersebut tentunya kembali berimbas kepada permasalahan penduduk seperti kelaparan, kurangnya lapangan pekerjaan, krisis pembangunan dan lingkungan. Melakukan tindakan untuk hidup Childfree dinilai cocok untuk negara dengan populasi terbanyak khususnya India.

Kedua, dampak negatif. Dampak negatif dalam memutuskan untuk hidup Childfree adalah antara lain mengakibatkan kepunahan manusia seperti contoh negara Jepang yang mengalami angka kelahiran yang rendah yang mana dalam hal ini tentu saja berimbas ke sumber daya manusia di Jepang yang kurang memadai, banyak masyarakat jepang memutuskan untuk tidak memiliki anak, bahkan dari Sebagian meraka pun tidak berniat untuk menikah karena tidak memiliki cukup waktu untuk bersosialisasi.

Dampak negatif selanjutnya adalah mendapat stigma negatif dari masyarakat karena negara asia sendiri masih menganggap Childfree  adalah keputusan yang tabu, banyak yang masih beranggapan bahwa kesempurnaan dalam rumah tangga  itu memiliki anak, karena stereotipe seperti itu membuat tekanan pada pasangan yang memutuskan hidup Childfree.

Melihat fenomena Childfree dan alasan-alasan kuat dari penganut paham ini, tidak layak rasanya untuk kita mengeluarkan ujuran kebencian bagi mereka yang memutuskan untuk Childfree karena itu merupakan masalah pribadi masing-masing pasangan.  Banyak masyarakat Indonesia berdalih dengan kalimat “Jangan ditunda punya anaknya, nanti rezeki bisa datang kapan saja karena anak adalah sumber rezeki”. Menurut pendapat saya kalimat seperti itu sangat salah dan sungguh disayangkan karena akibatnya banyak dari mereka akhirnya menelantarkan anak di jalanan, jika dilihat dari data yang dipublikasikan oleh Kementerian Sosial bahwa jumlah anak jalanan di Indonesia mencapai 135.589 ribu jiwa.

Sebelum memiliki anak, ada baiknya pasangan suami istri melakukan konseling pernikahan terlebih dahulu agar memiliki persiapan yang matang dalam berrumah tangga baik itu dari permasalahan ekonomi dan permasalahan mental  sehingga keputusan untuk hidup Childfree dan memiliki anak terkondisi dengan bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun