Si bapak merogoh kantong celananya lalu menyodorkan kunci motor saya yang hilang.Â
"Bukan hilang, mbak yang lupa. Kunci motornya masih dicolok di stop kontaknya saat saya mau merapikan parkiran. Lain kali hati-hati ya, mbak? Nanti saya nggak dapat upah parkir motor lagi dari mbak." Ucap si bapak sambil tertawa.
Saya berkali-kali mengucapkan terimakasih kepada si bapak, tak terbayang jika kunci motor itu tidak diselamatkan si bapak. Mungkin saya sudah kehilangan kunci motor berikut motornya.Â
"Mana bisa saya lupa motor, mbak. Mbak sering ngasih duit parkir lebih. Tiap mau bulan puasa dan lebaran, mbak kasih bingkisan dan kupon sembako murah. Bukan saya saja yang hapal motor Mbak, tukang parkir lain yang jaga di sini juga hapal. Jadi, kalo saya sedang libur, mbak juga nggak perlu khawatir, pasti ada yang jagain motor mbak dengan baik di sini." Jawaban si bapak membuat saya terharu.Â
Setelah pasar tradisional Angsoduo direlokasi, saya tidak pernah lagi berjumpa si bapak. Padahal, saya sempat punya usaha di pasar tradisional Angsoduo yang baru.Â
Baru berjalan setahun, usaha tersebut terpaksa ditutup akibat pandemi dan terus merugi. Relokasi pasar tradisional Angsoduo ke lokasi yang baru berdampak pada banyak orang yang menggantungkan hidupnya dari aktivitas pasar tersebut.Â
Pengelolaan pasar diserahkan kepada pihak swasta, sistem parkir dibuat layaknya mall sehingga banyak tukang parkir dari pasar angsoduo yang lama kehilangan mata pencaharian.Â
Meskipun begitu, tetap saja ada parkir liar di dalam kawasan pasar yang memungut biaya parkir dari pengunjung pasar. Namun hal ini juga yang sering menjadi biang keributan antara pengunjung pasar dan tukang parkir di dalam kawasan pasar.Â
Karena pengunjung pasar merasa sudah membayar biaya retribusi saat melewati palang pintu masuk pasar, pengunjung tidak mau lagi membayar biaya parkir di dalam kawasan pasar.Â
Sementara tukang parkir di dalam kawasan, karena merasa sudah berjasa merapikan kendaraan di lokasi parkiran, merasa punya hak untuk menuntut upah.
Di pasar tradisional Angsoduo yang baru, karena saya tidak pernah bertemu dengan si bapak yang pernah menyelamatkan kunci motor saya, saya selalu parkir kendaraan di depan toko langganan saya dan menitip kepada pemilik toko.Â