Bunda manggut-manggut mendengarkan omongan Iksan. "Apakah menurutmu, Bunda juga harus menyediakan sandal jepit di rumah untuk orang yang menumpang berwudhu dan shalat?"Â
"Ya nggak harus sandal jepit sih, Bunda. Kalo memang Bunda sanggup menyediakan sandal yang lebih mahal, ya tidak apa-apa. Siapa tahu, kan? Bunda gengsi ada sandal jepit murahan di rumah." Iksan menggoda tantenya.Â
"Kamu ini, ngeledek bunda aja. Sandal jepit itu kan ringan dan awet, juga cepat kering. Â Baiklah, nanti bunda siapin sandal jepit di kamar mandi, sandal.jepit khusus untuk ke ruang shalat."Â
"Bunda kapan kesini lagi? Apa boleh aku minta dibawakan empek-empek atau kerupuk kemplang?" Tanya Iksan.Â
"Bunda pikir kamu mau minta dibawain sandal jepit."Â
"Kalau Bunda mau nambahin bonus empek-empek dan kerupuk kemplang ya dengan sandal jepit, aku terima dengan senang hati." Jawab Iksan sambil nyengir.
"Ya sudah, insyaallah...minggu depan kalau bunda ada waktu menjenguk kamu di pesantren, bunda siapin pesananmu. Bunda siapin yang banyak biar kamu bisa makan bareng-bareng teman sekamarmu. Yang penting kamu betah di sini, jaga kesehatan, dan jangan lupa mendoakan kedua orangtuamu."
"Aku juga akan mendoakan Bunda supaya murah rezeki, terimakasih sudah menganggap aku seperti anak Bunda."
"Aamiin... terimakasih juga sudah mengingatkan bunda soal pentingnya sandal jepit." Lalu, keponakan dan tantenya itu sama-sama tertawaÂ
Fungsi sandal jepit, sering dianggap perkara remeh. Padahal, diam-diam, banyak manusia yang menyimpan keinginan yang menggebu-gebu untuk merebut posisi  sandal jepit. Banyak orang menuding orang lain sebagai pelaku penodaan agama, dia bertindak seperti sandal jepit, menjadi batas "suci" antara telapak kaki dan ubin.Â
Elvidayanty Darkasih, Jambi.Â