Mohon tunggu...
Elvidayanty Darkasih
Elvidayanty Darkasih Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Email : elvi.jambi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Jadi Penjaga Sahur demi Acara Favorit di Radio

1 Mei 2021   23:38 Diperbarui: 3 Mei 2021   19:48 2391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tetap terjaga agar tidak terlewat jam sahur. (SHUTTERSTOCK/DimaBerlin via kompas.com)

Bulan Ramadan menjadi istimewa buat saya bukan saja karena ibadah puasanya, shalat tarawih, berbuka puasa, juga tadarus. 

Zaman ketika siaran televisi hanya ada TVRI, radio adalah hiburan yang sangat dekat dengan keseharian saya. Ketika Ramadan tiba, jadwal siaran radio pun ikut meramaikan suasana sahur. 

Saya jarang melewatkan sahur, meskipun sedang datang bulan, cuma untuk mendengarkan acara sahuran di radio. Saat Ramadan, biasanya radio off air lebih awal, jika biasanya off air di pukul 24.00 WIB, saat Ramadan off air di pukul 23.00 WIB, lalu on air lagi di pukul 02.00 WIB. 

Acara favorit saya ketika itu apalagi kalau bukan acara request lagu. Radio swasta jaman dulu sepertinya bersaing dengan program request lagu. 

Penyiar menjadi ujung tombak banyak tidaknya pendengar. Kupon request yang dibacakan penyiar akan terasa membosankan jika penyiarnya tidak memiliki selera humor. 

Lebih sering penyiarnya yang keluar suara daripada lagu yang diputar, jika pendengar merasa bosan, pendengar akan segera memindahkan channel ke radio lain.

Ilustrasi mendengarkan acara request lagu di radio. (Sumber foto : Fanpage Jaman Dulu Dalam Gambar)
Ilustrasi mendengarkan acara request lagu di radio. (Sumber foto : Fanpage Jaman Dulu Dalam Gambar)

Supaya tidak ketiduran menjelang pukul 02.00 WIB, pulang dari masjid saya menyambung tadarus Al-Qur'an, atau sekadar membaca buku apa saja. Ketika radio mulai on air di pukul 02.00 WIB, saya mulai memasak nasi. 

Ketika itu belum ada alat penanak nasi listrik seperti jaman sekarang. Karena seluruh anggota keluarga paham kebiasaan saya yang sering tidak bisa tidur malam, jadilah tugas memasak nasi untuk sahur diserahkan ke saya. 

Pukul 03.30 WIB, saya mulai membangunkan seisi rumah untuk makan sahur, dimulai dengan membangunkan orangtua, lalu saudara-saudara yang lain. 

Karena kebiasaan saya yang susah tidur di malam hari, saya tidak pernah dilarang tidur setelah shalat subuh. Asal tidak kebablasan hingga adzan shalat dzuhur. 

Biasanya, jika sampai pukul 10 pagi saya belum bangun, mama akan memaksa saya bangun. "Nanti habis shalat Dzuhur boleh tidur lagi, sekarang bangun dulu." Begitu mama membujuk saya agar segera bangun. 

Seiring waktu, kebiasaan saya mendengarkan siaran radio saat sahur mulai berkurang, namun tidak mengurangi kebiasaan saya yang sulit tidur malam. Ketika kakak-kakak saya sudah bekerja dan merantau, kondisi keuangan keluarga saya mulai membaik. 

Sambil kuliah saya juga sesekali mendapat penghasilan dari upah mengerjakan laporan hasil kayu beberapa pabrik kayu di Jambi, saya pun bisa membeli kaset lagu-lagu kesukaan saya. 

Kebiasaan mendengarkan radio menjelang sahur, berganti dengan mendengarkan lagu-lagu dari kaset favorit saya. Sesekali, saya masih mendengarkan radio. 

Sungguh menyebalkan mendengarkan radio yang lebih banyak iklannya daripada lagunya, kalau sudah begitu, saya balik lagi memutar kaset koleksi saya, ha ha...

Ilustrasi mendengarkan lagu dari kaset. (Sumber foto : Fanpage Jaman Dulu Dalam Gambar)
Ilustrasi mendengarkan lagu dari kaset. (Sumber foto : Fanpage Jaman Dulu Dalam Gambar)

Menjelang sahur, sambil mendengarkan lagu-lagu favorit, saya bisa menamatkan beberapa buku bacaan, atau menyelesaikan tugas-tugas kuliah. 

Kadang, suara lagu di tape tumpang tindih dengan suara tuts mesin ketik. Dengan mesin ketik juga saya mengerjakan laporan ribuan kubik kayu beberapa pabrik pengolahan kayu yang di Jambi disebut sawmill. 

Beberapa koleksi kaset yang masih tersisa. (Foto : Elvidayanty)
Beberapa koleksi kaset yang masih tersisa. (Foto : Elvidayanty)
Saya lupa kapan terakhir saya mulai berhenti mendengarkan radio dan musik saat sahur. Namun, kebiasaan susah tidur hingga petugas mushalla dekat rumah menyerukan warga sekitar untuk sahur, belum bisa hilang hingga saat ini. 

Ketika saya harus sahur dan berbuka puasa sendirian, terutama sejak kedua orangtua meninggal dunia, saya sering kebablasan di waktu berbuka puasa. 

Ketika itu, sambil menunggu adzan magrib saya rebahan di sofa. Saya sempat tertidur sesaat, dan terbangun ketika mendengar suara adzan. Setelah berbuka puasa, saya lanjutkan dengan shalat maghrib. 

Tidak lama setelah shalat magrib, sayup-sayup saya mendengar suara bilal di mushalla dekat rumah menyerukan shalat tarawih. Saya kaget dan melihat jam dinding. Ternyata, yang membangunkan saya adalah adzan shalat isya, bukan shalat Maghrib. 

"Kamu itu aneh." Kata teman saya, "orang lain kadang nggak terbangun saat sahur, kamu malah ketiduran saat berbuka puasa. Dimana-mana, orang mendadak disiplin kalo waktunya berbuka puasa." 

Elvidayanty Darkasih, Jambi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun