Doa berarti menyeru atau mengadu kepada Tuhan. Yang namanya masalah, bisa menimpa siapa saja, tidak peduli agamanya apa. Berdoa bukan hanya ada di dalam Islam. Semua agama mengajarkan pentingnya doa bagi umatnya.Â
Dalam Al-Qur'an, Surat Al-Mu'min, ayat 60, Allah berjanji akan mengabulkan doa-doa dari hamba-hamba-Nya.
 Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".
Di Indonesia, kita sering menyaksikan atau menjadi bagian dalam sebuah kegiatan doa bersama, berdoa secara kolektif oleh para tokoh agama. Biasanya, masing-masing berdoa secara bergiliran, sementara orang-orang yang hadir mendengarkan dan mengamininya.
Ketika pemilihan umum misalnya, doa bersama dilakukan agar pemilu berjalan lancar dan damai. Memohon kesabaran dalam menghadapi pelbagai musibah seperti gempa bumi, tanah longsor, kemaran panjang, kebakaran hutan dan kabut asap, hingga masalah banjir yang telah menelan korban yang tidak sedikit. Dan yang paling anyar, ketika doa-doa berseliweran untuk seluruh awak KRI Nanggala 042.Â
Doa pada intinya adalah sama, yaitu memohon sesuatu yang baik dari Tuhan. Tidak ada agama yang membenarkan doa untuk kepentingan kejahatan.Â
Dahulu, sejumlah ulama kerap menuduh orang Nahdatul Ulama (NU) sebagai pelaku bid'ah karena menjalankan shalat tarawih 20 rakaat, shalat laylatul qadar, shalat nishfu sya'ban, melaksanakan tahlil, membaca talqin untuk jenazah, baca qunut pada shalat subuh, dan ritual lainnya. Termasuk doa bersama antar agama.Â
Para kiai NU menjelaskan, kalaulah perkara ritual itu dimasukkan sebagai bid'ah, maka itulah bid'ah yang baik dan layak diberi pahala.Â
Dalam konteks masyarakat yang plural seperti di Indonesia, tentu saja doa bersama tidak hanya sekadar bid'ah yang baik, melainkan membawa manfaat yang nyata.Â
Secara spiritual, doa bersama akan berdampak pada peningkatan derajat sprituaitas seseorang. Ada semacam ketenangan jiwa ketika doa terus menerus dipanjatkan. Bahwa hanya dengan menyandarkan segala persoalan kepada Tuhan, maka sejumlah beban psikologis akan sedikit berkurang.Â
Secara sosial, aktivitas doa bersama, yang dipanjatkan para tokoh agama yang kemudian diikuti "aamiin" oleh para jemaah, akan turut merekatkan tali kesetiakawanan dan kekerabatan seluruh anak bangsa, apapun latar belakang agamanya. Lebih jauh, konon ratapan doa banyam orang akan mengguncangkan 'arsy Tuhan.Â