"Perbal, simpan dulu hapemu! Selesaikan makanmu, baru main hape."Â
"Awu, Bebet." Jawab Perbal, si Anak Rimba yang ketika itu membantu saya siaran di radio untuk komunitas Suku Orang Rimba. Tapi jari-jari tangan kirinya masih sibuk mengetik sesuatu di telepon genggamnya, dan tangan kanannya menyuap nasi. Piring nasi, dia letakkan di pangkuan.Â
"Perbal...apa perlu aku buang hapemu? Kita sudah punya aturan, sambil makan tidak boleh main hape. Atau cari makan di luar sana, jangan makan di sini." Kali ini volume suara saya naik 10 kali lipat, membahana di antara pohon-pohon yang menjulang.Â
Kalau sudah begitu, Anak Rimba yang saya omelin akan segera menyudahi makannya. "Nggak enak lagi makan sambil dimarahi kayak gitu." Katanya bersungut-sungut.Â
Selain larangan makan sambil memegang handphone, saya juga melarang penyiar membawa makanan atau minuman ke dalam ruang siaran. Jika ingin makan dan minum, silahkan lakukan di luar ruang siaran. Makanan dan minuman yang dibawa ke ruang siaran berisiko merusak perangkat siaran.
Bagi saya, saat makan baik bersama atau sendirian adalah sesuatu yang harus dihadapi dengan tenang. Jika masih ada urusan dengan sesuatu di laptop atau di handphone, lebih baik diselesaikan dahulu. Di rumah, saya punya aturan, saat makan tidak ada telepon genggam di atas meja makan. Keponakan saya yang makan sambil beraktivitas dengan telepon genggamnya akan saya tegur. Kadang, jika dia tidak beralih dari telepon genggamnya, piring nasinya yang saya angkat dan meminta dia menyelesaikan dahulu urusan dia dengan hapenya.Â
Jika saat makan bersama saya melihat ada handphone di atas meja makan, saya akan ambil piring baru, lalu saya letakkan handphone tersebut di atas piring. "Kok, ditaroh di dalam piring?" Tanya keponakan saya.
"Tante kira itu lauk makan juga, makanya Tante kasih piring." Keponakan saya cuma menggerutu kesal.Â
Sungguh pemandangan yang tidak mengenakkan, jika kita berkumpul bersama, lalu salah satu lebih fokus dengan gadgetnya, apalagi saat makan bersama.Â
Terbayang, kan? Apa kata keponakan-keponakan saya dan Anak-anak Rimba yang pernah saya omelin jika mereka memergoki saya makan dan minum di depan handphone atau laptop? Walaupun alasannya karena diundang bukber virtual? Semua omelan saya soal makan di depan gadget akan berbalik ke saya. Senjata makan tuan namanya. Ha ha...
Jadi, kalaupun terpaksa saya harus ikut bukber virtual, saat bedug Maghrib berbunyi, saya akan segera pamit dari ruang pertemuan virtual itu. Menikmati menu berbuka tanpa berinteraksi dengan gadget lagi.Â
Bagi saya, makan sambil beraktivitas dengan gadget seperti handphone dan laptop juga berisiko pada kesehatan dan gadget itu sendiri. Kita tidak tahu, bisa saja ada remah-remah makanan atau tetesan air yang jatuh ke laptop. Saya pernah tidak sengaja menumpahkan segelas kopi dan merusak keyboard laptop saya. Belum lagi kuman dari gadget yang mungkin masuk ke dalam makanan dan minuman kita.Â
Jika alasannya untuk bersilaturahmi secara virtual, selama sinyal masih bagus dan tentu saja punya kuota internet, kita bisa melakukannya setiap saat. Tidak harus saat jam berbuka puasa. Kita bisa melakukannya 1 atau 2 jam sebelum berbuka puasa, 15 menit sebelum bedug Maghrib kita bisa saling berpamitan dan bisa lebih khusyu' dengan menu berbuka puasa masing-masing. Bukankah tujuan utama dari kegiatan buka puasa bersama adalah silaturahmi?Â
Elvidayanty Darkasih, Jambi.
Catatan :
Awu, Bebet = iya, kawan (bahasa rimba)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H