"Kangen Bepuncak." Saya menulis caption foto Bepuncak, bocah rimba yang hampir dua tahun tidak saya temui.Â
"Yang di SP.I juga kayaknya kangen Kakak." Seorang teman membalas postingan saya tentang Bepuncak. SP.I adalah satuan pemukiman transmigrasi di Desa Bukit Suban, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.Â
"Bepuncak sudah sebesar ini sekarang, Kak." Jawab teman yang lain sambil mengirimkan foto Bepuncak sedang membangun rumah adat di dalam hutan.Â
"Aih....sudah jadi Bujang Rimba dia sekarang. Apa masih rajin kayak dulu?" Tanya saya.Â
"Masihlah, Kak. Tergantung mood juga, haha..."
Saya mengenal Bepuncak saat masih bekerja di KKI Warsi, salah satu lembaga swadaya masyarakat yang melakukan pendampingan untuk komunitas Orang Rimba. Di KKI Warsi, saya mendapat tugas mengelola Radio untuk Komunitas Orang Rimba, Benorfm. Di awal saya bertugas, akhir tahun 2014, Bepuncak masih kecil dan sangat pendiam.Â
Awal saya bertugas, Bepuncak kadang main ke studio Benorfm. Kadang sendirian, kadang bersama teman-temannya sesama anak Rimba. Radio Benorfm yang berada di pinggir Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Jambi, sering menjadi tempat singgah Orang-orang Rimba yang keluar dari dalam hutan.Â
Kadang ada yang menawarkan hasil hutan seperti durian, singkong, atau kerajinan Orang Rimba. Beberapa hasil hutan non kayu tersebut akan dipromosikan penyiar di Radio Benorfm. Suatu hari Bepuncak datang bersama ibunya, menawarkan keranjang yang terbuat dari rotan, Orang Rimba menyebutnya "ambung".Â
Bepuncak juga rajin membantu saya di studio untuk keperluan sehari-hari. Kadang Bepuncak bisa pergi setengah hari hanya untuk mencari daun pakis untuk saya masak. Atau mencari rotan ketika saya butuh untuk membuat jemuran pakaian.Â