Pada saat kita melaksanakan ibadah haji, kita meninggalkan keluarga, pekerjaan, tetangga dan urusan lainnya. Kemana? Kita pergi menuju Rumah Allah, yang dalam bahasa Arab disebut Baitullah.
Hakikatnya, haji adalah gladi resik (semacam latihan) untuk kembali kepada Allah swt. Haji adalah latihan kematian kita, karena kita meninggalkan tanah air, meninggalkan keluarga, meninggalkan tetangga dan kawan-kawan dalam pekerjaan kita, dengan niat yang satu: ingin menemui Allah Swt.
Kita ingin bersimpuh di rmahNya yang suci. Kita ingin membasahi pipi kita dengan tangisan permohonan ampunan dari Allah swt dan permohonan baik lainnya.
Dalam menjalankan ibadah haji, maka fokus utama seharusnya adalah ibadah itu sendiri, berdekat-dekat dengan Allah Swt dan menjalin komunikasi yang baik denganNya.
Ironisnya, ada sebagain jamaah yang fokusnya terpecah bahkan dominan dengan urusan oleh-oleh yang hendak dibawa ke tanah air. Â
Tradisi memberikan oleh-oleh setelah kembali dari haji sudah menjadi bagian dari budaya dalam masyarakat. Dan itu adalah sesuatu yang sangat baik. Karena dalam pemberian oleh-oleh ada terkandung sedekah, ungkapan rasa syukur, kasih sayang, relasi ketersambungan sosial yang baik, juga norma sosial dan aspek positif lain dari makna oleh-oleh tersebut. Tentu saja tidak dimaksudkan untuk pamer seperti agar diakui status sosial seseorang bahwa dia mampu secara materi, dan dia dermawan secara akhlak.
Untuk menjaga keseimbangan antara menjalankan ibadah haji dengan khusyuk dan memenuhi tradisi membawa oleh-oleh, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk bisa diterapkan, diantaranya:
1. Edukasi dalam Memandang Oleh-oleh Haji
a. Pentingnya Fokus pada Ibadah:
- Sosialisasi pentingnya fokus menjalankan ibadah haji dengan khusyuk dan ikhlas, mengingat tujuan utama berhaji adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt.;
- Mengingatkan bahwa kesempurnaan ibadah dan penghayatan spiritual selama di tanah suci itu sangat penting; dan
- Hendaknya dapat mengelola urusan material seperti oleh-oleh misalnya dengan fokus pada niat yang baik dari sisi  kemanfaatan, sedekah dan menjalin hubungan yang baik secara sosial serta kesyukuran atas nikmat bisa berhaji.
b. Penyadaran tentang Alternatif:
- Mengedukasi jamaah bahwa oleh-oleh bisa dibeli di tanah air. Banyak toko oleh-oleh haji di tanah air yang menyediakan berbagai macam barang khas dari tanah suci baik toko offline maupun online..
- Menganjurkan jamaah untuk lebih memilih memberikan oleh-oleh yang bernilai spiritual seperti buku-buku agama, buku doa Alma'tsurat, Â atau perlengkapan ibadah. Untuk keluarga dekat kita juga bisa memilih sejadah, sorban atau pakaian khas bila memahami ukurannya.
- Hindari membeli oleh-oleh berupa hiasan imitasi dengan harga yang sangat murah seperti kalung, gelang, atau cincin karena sekali pakai warnanya akan berubah kehitaman dan menimbulkan bau logam yang kurang sedap. Terlebih bagi yang alergi akan bisa menimbulkan iritasi. Untuk oleh-oleh yang murah meriah kisaran Rp 10.000 hingga Rp 15.000 bisa memilih hiasan kulkas, gantungan kunci atau tasbih.
2. Strategi Mengatasi Gangguan Oleh-oleh agar Haji Tetap Khusyuk
a. Belanja di Awal atau Akhir Ibadah:
- Akan lebih efektif dan efisien bila belanja oleh-oleh haji sebelum berangkat haji terlebih oleh-oleh yang tidak membutuhkan masa kadaluarsa seperti tasbih, sajadah, tas jinjing khas Makkah-Madinah dan lain-lain
- Bila perlu sebelum berangkat sudah kita inventarisir siapa-siapa yang hendak kita beri oleh-oleh dan wujudnya apa saja. Bahkan kita bisa minta bantuan kerabat yang kita tinggalkan untuk mengurus oleh-oleh tersebut, agar fokus kita terpecah dan ibadah menjadi lebih tenang
- Membeli oleh-oleh di tanah air setelah kita pulang haji berpotensi merepotkan, terlebih biasanya rasa lelah berkepanjangan kadang-kadang menimpa jamaah. Terlebih biasanya para tamu akan berdatangan begitu jamaah pulang ke rumah, ini akan merepotkan karena belum tentu ada kesempatan yang tepat.
- Ada juga yang menyarankan untuk melakukan pembelian oleh-oleh pada awal sebelum ibadah dimulai atau setelah semua rangkaian ibadah selesai, sehingga tidak mengganggu konsentrasi dan kekhusyukan dalam beribadah. Namun belanja di awal sebelum ibadah haji, jika tidak pandau membuat pertimbangan diri, berpotensi kelelahan atau malah pemborosan di awal, sementara kita tidak bisa memastikan adakah kebutuhan yang bersifat mendesak dan mendadak yang membutuhkan biaya lagi.
b. Memanfaatkan Toko Online:
- Yang lebih efektif lagi, sebelum berangkat, jamaah dapat memesan oleh-oleh melalui toko online yang menyediakan barang-barang khas haji, yang nantinya bisa dikirim langsung ke rumah setelah jamaah pulang atau menjelang jamaah pulang bila ada kerabat di rumah yang bisa menerima barang tersebut. Ini bisa mengurangi waktu yang dihabiskan untuk belanja di tanah suci.
c. Penyediaan Waktu Pembelian:
- Jika jamaah tetap ingin membeli oleh-oleh di tanah suci, mereka bisa mengatur  pembelian dalam satu atau dua hari khusus, sehingga sisa waktu dapat digunakan untuk fokus pada ibadah.
d. Pembagian Tugas:
- Dalam rombongan haji, dapat dibentuk kelompok kecil yang bertugas membeli oleh-oleh sehingga tidak semua orang harus melakukannya sendiri. Ini bisa menghemat waktu dan mengurangi kerumunan saat belanja.
e. Paket Oleh-oleh dari Penyelenggara Haji:
- Penyelenggara haji dapat menyediakan paket oleh-oleh yang bisa dibeli sebelum keberangkatan dan diterima setelah kepulangan. Hal ini bisa menjadi solusi praktis untuk mengurangi beban pikiran jamaah.
Dengan managemen berbelanja yang tepatsaat berhaji, jamaah haji bisa lebih fokus pada ibadahnya dan tetap dapat memenuhi kebutuhan memberikan oleh-oleh untuk para handai taulan tanpa mengganggu kekhusyukan selama menjalankan rukun Islam yang kelima ini. Wallahu a'lam.