Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keinginan Nenek: Mempersiapkan Masa Tua Kita dengan "Menerima"

11 Agustus 2023   17:30 Diperbarui: 18 Agustus 2023   09:12 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal-hal normal bagi orang lain, bagi nenek yang terbiasa diperhatikan dan dimanjakan secara penuh bahkan berlebih menjadi tidak normal lagi. Mungkin bagi kebanyakan nenek-nenek, sesekali dipijat, dikerok, diurut, katakanlah  seminggu sekali atau tiga hari sekali itu sudah sebuah kebahagiaan. Atau pada saat sakit katakanlah setiap malam hari, selepas isya ada anak - anaknya yang memijat-mijat ringan itu sudah kenikmatan luar biasa. Tapi itu tidak bagi nenek. Nenek nyaris selalu menarik perhatian bila sakit. Rintihannya, ratapannya, gelisahnya, raut tidak nyamannya tampak dengan jelas. Terlebih jika anak-anaknya berada di rumah hanya  menghampiri dan memijat-mijatnya  sebentar, katakanlah 15 menit, itu sudah membuat nenek tampak tertekan dan terus mengeluhkan sakitnya. Nenek inginnya ditemani  sekaligus di pijit-pijit. Bukan pijitan ringan, tapi pijit beneran, nyaris semua bagian tubuhnya. Selesai pijit jika belum juga terasa nyaman, sambung meminta dikerok. Pijat, urut, kerok itu seperti kebutuhan pokok harian. Jika tidak terpenuhi nenek boleh jadi merasa tidak diperhatikan, tidak dihiraukan.

Akhir-akhir ini sakit nenek bertambah. Nenek kerap kedinginan, bahkan menggigil keringat dingin. Selimut tebal, jaket berlapis, kaos kaki, jilbab panjang, tak sanggup meredakan rasa kedinginnya. Keringatnya tak tanggung-tanggung, sampai-sampai semalaman bisa berganti pakaian hingga tiga sampai lima kali. Ini berlangsung cukup lama, sudah satu tahun. Berbagai pengobatan telah dilakukan, gonta ganti dokter, dari kota ini ke kota yang lain, pengobatan modern dan tradisional, konsultasi ke kyai, tapi tak kunjung membuat nenek sembuh total. Sehari, dua hari sembuh, kambuh lagi. Begitu lagi...

Aku hanya bisa kasihan dan berdoa, semoga nenek segera sembuh, benar-benar sembuh. Aku hanya menduga bahwa nenek tidak sepenuhnya sakit fisik. Tetapi juga non fisiknya. Ada keinginan-keinginannya yang tidak terpenuhi. Nenek merasa tidak bahagia. Nenek selalu haus perhatian, karena sangat biasa diberi perhatian lebih. Nenek ingin selalu dipijat, tapi tidak selalu ada yang siap memijat. Nenek selalu ingin ditemani hari-harinya agar ada kawan mengobrol karena nenek sangat suka mengobrol, inipun menjadi tidak selalu ada yang sedia mendengarkan obrolannya. Nenek mungkin ingin memasak makanan kesukaannya, tetapi daya sudah tidak sekuat dulu lagi. Nenek mungkin ingin mengunjungi restoran -restoran kesukaannya makan sepuas-puasnya namun keadaannya dan keadaan anak-anaknya tidak selalu seperti yang diinginkan.

Oh nenek, anak-anakmu pasti memahami keinginan-keinginanmu yang tidak terpenuhi itu. Mereka semua ingin menyenangkan nenek, membahagiakan nenek dengan caranya. Meski kadang orang menilai cara menyayanginya, cara membahagiakannya itu tidak selalu benar, kadang menjadi toxic buat nenek.

Banyak nenek-nenek lain yang memandang ke arah nenek, berdecak kagum. Betapa beruntungnya hidup nenek. Tercukupi, diperhatikan, disayangi. Banyak nenek-nenek lain yang hanya bisa menelan ludah melihat betapa beruntung nenek. Selalu mendapat vasilitas VIP dalam menghadapi masa tua. 

Namun sayang, sepertinya nenek sendiri tidak sepenuhnya merasa bahagia. 

Memanjakan nenek tentu sangat bagus dan mulia. Menyayangi dengan menuruti segala keinginan, sepertinya tidak cukup. Semua orang harus mempersiapkan atau dipersiapkan masa tuanya dengan pengayaan jiwa, tentang qonaah (merasa cukup dengan apa yang ada, tidak terlalu banyak keinginan), kesabaran dan kesyukuran. Mungkin kebahagiaan nenek akan terus terpelihara, sakit menggigil nenek akan berangsur sirna dengan menambah kesabaran, gigih menghadapi aneka penyakit, sedikit lagi mengesampingkan  keinginan-keinginan yang belum tentu secara instan terpenuhi, dan memelihara kesyukuran atas karunia besar memiliki anak-anak yang baik dan fasilitas yang lebih dari cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun