Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku: "Jalan Pasar Kembang Kumpulan Pentigraf dan Flash Fiction"

1 Mei 2023   06:00 Diperbarui: 1 Mei 2023   11:19 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua tulisan di bawah ini adalah bagian kecil dari beberapa flash fiction  yang ditulis dalam buku antologi  "Jalan Pasar Kembang Kumpulan Pentigraf dan Flash Fiction"

Penulis buku tersebut adalah  Taufan Dibril Jalil, Elvi Anita Afandi, Ramane Suksmadi, Tengsoe Tjahjono dkk. 

Diterbitkan oleh Azkiya Publishing, buku ini cukup menghibur dan memberikan perspektif tersendiri tentang Yogya, karena memang semua tulisan berbicara tentang Yogya atau berlatar Yogya. Cetakan pertamanya tahun 2021.

Semoga anda penasaran setelah membaca dua Flash Fiction di antaranya dalam buku tersebut.


BAKER DAN KEAJAIBAN

oleh: Elvi AA


Tahun 90an, aku sendiri lupa tepatnya dari mana menuju kemana. Aku naik bus Baker. Bus kesayangan penghuni Jogya. Saksi bisu akan kebahagiaan entah berapa pemuda yang hobi mendaki Gunung Merapi atau sekedar santai di Kaliurang. Baker, selalu setia merayap dan lari seputar Terminal Umbulharjo– Ringroad Timur – Janti – Jl. Adisutjipto – Jl. Gejayan – Ringroad Utara – Jl. Kaliurang – Pakem – Kaliurang – Terminal Tlogo Putri pulang pergi setiap hari. Menulis rute itu saja hatiku bergetar, beribu kenangan berjejal antri ingin segera diungkap kembali. Bus itu kini hanya menyisakan kenangan. Entah dikemanakan rongsokan-rongsokannya.

Satu memori. Ada seorang gadis kecil, manis, 7 atau 8 tahunan duduk tepat di seberang sisi kananku. Dengan raut penuh kesedihan sekaligus harap bercerita pada seorang wanita paruh baya di sampingnya, yang keduga adalah gurunya. Awalnya sekedar mendengar spontan, tapi lama-lama aku ikut menyimak dengan sungguh-sungguh. Rupanya kakak lelaki kesayangan gadis kecil itu cukup lama menderita sakit kanker usus. Berbagai pengobatan telah dilakukan. Dokter menyarankan agar segera dikukan operasi pengangkatan. Sayang, Bapak-emaknya tidak memiliki biaya. Si Kecil cemas, sewaktu-waktu Mas-nya meninggalkannya untuk selama-lamanya. “Aku punya tabungan Bu Guru, tapi Bapak bilang iku isih adoh, kurang akeh. Hanya cukup untuk beli 5 (lima) nasi bungkus. Kata Bapak yang dibutuhkan Mas-ku sekarang adalah keajaiban…. Aku pingin beli keajaiban Bu Guru.”

Dadaku seperti sesak, kuhela nafas dalam-dalam. Ya Allah, keajaiban itu mungkin bantuan sang dermawan, atau mungkin benar-benar mu’jizat dari Allah, sehingga seperti bim-salabim, tiba-tiba si Mas itu sembuh. Entahlah…

Beberapa detik kemudian, agak lirih gurunya menjawab, “Kamu bisa membeli keajaiban kepada Gusti Allah, ora perlu duit, cukup dengan berdoa dulu, berdoa lagi dan berdoa terus. InsyaAllah GustiAllah paringi keajaiban” Aku merinding…

Beberapa waktu berselang, kembali aku duduk di deretan bangku tengah Bus Baker sambil membolak-balikkan koran pinjaman milik seorang kawan. Mataku tiba-tiba terpaku melihat foto gadis kecil tempo hari di Baker ini juga. Nanar kubaca berita kecil itu, pandanganku kabur oleh airmata. Gadis itu berfoto dengan keluarganya, termasuk Mas-nya yang tampak bahagia telah operasi kanker usus dan bersiap pulang ke rumah. Rupanya Tuhan telah memberikan keajaiban itu secara cuma-cuma – melalui biaya dari tangan seorang dermawan yang mulia hatinya. Tanpa biaya dari keluarga sederhana ini, si Mas operasi dan lancar semuanya…hanya dengan ketulusan, keajegan dan keajaiban doa…

iku isih adoh: itu masih jauh

paringi: memberikan

 

RELATIF  “BEJO

oleh: Elvi AA

Tugas KKN dari Kampus membawaku ke Nglipar, Gunungkidul, Yogyakarta. Aku bersama 4 kawan perempuanku ditempatkan di rumah sederhana berlantai semen milik Bu De Wongso, tukang cuci keliling. Bu De tinggal berdua dengan Bejo, delapan tahun, cucu lelakinya. Bejo yatim piatu….Hari-hari senggang di luar tugas KKN sering kuhabiskan bersama Bejo, sekedar santai dan memancing minatnya.

Bejo anak pendiam. Jarang bermain dengan kawan-kawan sebayanya. Perawakannya kurus.  Sampai KKN berakhir, aku belum berhasil mendapatkan jawaban apa sebenarnya cita-cita Bejo. Aku hanya berhasil mengetahui impian Bejo, memiliki mainan seperti kawan-kawannya, mobil-mobilan plastik khas di kampung, bola plastik, dan makan coklat yang seperti di TV…..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun