Mohon tunggu...
Elvi Farhati
Elvi Farhati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis Pemula

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

BIMAS Islam: Peace Education sebagai Fondasi Mitigasi Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan dalam Kegiatan SPARK 2024

27 Juni 2024   15:00 Diperbarui: 27 Juni 2024   15:09 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tepat hari ini 25/06/2024 Kemenag bekerjasama dengan LaKaspia memberikan kesempatan kepada penyuluh dan penghulu untuk menjadi agen resolusi konflik. Program ini dinamakan SPARK (Sekolah Penghulu dan Penyuluh Aktor resolusi Konflik. Program ini dijalankan bersama  Lembaga Nurani Perdamaian Indonesia sebagai Lembaga yang bergerak di bidang publikasi dan penelitian terkait isu sosial politik, konflik, dan perdamaian. 

Peserta (penyuluh dan penghulu) sebanyak 50 peserta terdiri dari Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan D. I Yogyakarta. Kegiatan ini berlangsung selama 5 hari di Grand Mercure Solo. Para peserta terbagi menjadi beberapa generasi dan ini menjadi salah satu target Bimas Islam agar manfaat program ini bisa tersampaikan untuk segala generasi.

Saya sebagai mahasiswa Perdamaian dan Resolusi Konflik melihat bahwa kegiatan SPARK sangat fundamental dalam mengatasi konflik sosial berdimensi keagamaan di lingkungan masyarakat. Karena peran penyuluh dan penghulu berpengaruh dalam membentuk sosial keagamaan. Saya juga menilai bahwa hal ini merupakan salah satu perhatian BiMas Islam dalam mengimplementasikan konsep kerukunan beragama.

Program SPARK dijalankan dengan menyenangkan dengan metode ajar berkelompok dan refleksi diri. Kegiatan SPARK bertujuan untuk mengoptimalkan keterampilan para penyuluh dan penghulu dalam mengidentifikasi konflik sejak dini. Kegiatan ini juga diselenggarakan guna mengimplementasikan Keputusan Menteri Agama (KMA) 332 tahun 2023 tentang Sistem Peringatan Dini Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan.  

Saya akan memperkenalkan makna dari Peace Education. Peace Education sendiri merupakan sebuah konsentrasi yang berfokus untuk menciptakan perdamaian, membangun sikap anti-kekerasan, dan mempromosikan sikap damai dengan cara meningkatkan pemahaman para guru dalam menanamkan nilai-nilai perdamaian di sekolah (Haris, 2004).

Peace Education memiliki sifat yang transformatif yang mana pendidikan membentuk basis ilmu pengetahuan dan nilai-nilai perdamaian. Ilmu pengetahuan dan nilai-nilai perdamaian tersebut akan mengubah pola pikir dan perilaku untuk mencegah kekerasan secara langsung maupun tidak langsung.

"First impression saya mengenai kegiatan SPARK memang sangat dibutuhkan oleh para penyuluh karena ini sebagai bekal saya dalam menangani kasus konflik masyarakat yang berkaitan dengan keagamaan" Asna (26/06/2024). Dalam memberikan edukasi Peace Education menggunakan metode kelompok belajar, berdiskusi, dan role play. Metode tersebut memberikan kesan efektif dan praktis. 

Maka dari itu Peace Education dapat menjawab tantangan untuk penyuluh dan penghulu dalam mengatasi konflik sosial keagamaan yang dinamis. Saya harap program ini akan berkelanjutan dalam mengevaluasi kinerja penyuluh dan penghulu dalam menjalankan perannya sebagai aktor resolusi konflik. Agar program ini konsisten untuk diimplementasikan dengan baik dan bisa digunakan untuk konteks konflik yang dinamis. 

Penerapan nilai perdamaian itu penting namun merawat perdamaian itu sulit. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun