Mohon tunggu...
Aciek Rangkat
Aciek Rangkat Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Rangkater http://acikrangkat.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Erlina #5

17 Oktober 2013   11:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:25 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image taken from : warihfirdausi.blogspot.com

Sebelumnya di  Erlina #4

Sudah hampir jam 2 malam, mata Erlina masih belum bisa terpejam. Bayangan Wilsa, sahabat karibnya dan pak Amin, bergantian berjalan - jalan tak menentu di benaknya. Entah apa yang dirasakan Erlina saat ini. Yang jelas, hanya Wilsa yang dibutuhkan Erlina saat ini. Dipandanginya layar BB yang ada di tangannya. BBM dari wilsa pun masih tersimpan. Semenjak Wilsa sampai di Tokyo, Jepang, Erlina tidak pernah membalas BBM maupun email dari Wilsa. Butuh waktu yang cukup lama memang untuk membuat Erlina tersadar dan menghadapi kenyataan, bahwa Wilsa punya  disorientasi seksual. Namun, pada akhirnya, seiring berjalannya waktu, Erlina bisa menerima keadaan itu.

Apa kabar, Wil, kamu di sana? Semoga kamu dalam keadaan baik, tak kurang suatu apapun. Maaf, baru sekarang aku kasih kabar balik ke kamu. Aku butuh waktu untuk menerima semuanya, Wil. Kuharap kamu mengerti. Terasa sesak, begitu tahu kamu  nodai persahabatan kita yang tulus ini.namun, apa boleh di kata, kenyataan berkata seperti itu. Aku yang harus bijak menyikapinya. Dan aku sudah bisa menerima apapun keadaanmu.

Terasa kaku, bbm yang dikirim Erlina ke Wilsa. Tidak seperti biasa ketika dua sahabat itu berbalas - balasan  pesan.

Sepuluh menit, 30 menit,  dan hampir dua jam sampai Erlina tertidur, belum ada balasan juga dari Wilsa.

Ada perasaan sedih, ketika Erlina bangun tidur, melihat layar BBnya tidak ada balasan dari Wilsa. Perasaan khawatir seketika menyeruak di dada Erlina.

"Are you fine, Will out there? Don't make me worry bout you, Wil" Gumam Erlina pada dirinya sendiri sambil menatap layar BBnya.

***

Pagi itu hari yang tak bersemangat buat Erlina berangkat ke kantor. Terbayang olehnya, pertemuan dengan pak Amin pasti akan terlihat canggung setelah pak Amin mengutarakan maksud hatinya. Erlina pun masih bimbang dan ragu akan perasaannya terhadap bosnya itu. Tak dipungkiri oleh Erlina,ada kenyamanan ketika  berada di dekat pak Amin. Entah kenyamanan seperti apa yang dirasakan Erlina, ia sendiri pun sulit untuk menggambarkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun