Tepat pada tanggal 26 Mei yang lalu, merupakan hari bersejarah bagi pelajar pribumi khususnya sekolah menengah keatas SMA. Senyum bangga bersambut rasa terharu akan kelulusan yang menjadi harapan mereka akhirnya berakhir sudah, penantian selama kurang lebih 3 tahun lamanya.
Pengumuman hasil kelulusan siswa ini berjalan cukup dramatis, dikarnakan cukup membuat tegang baik para guru maupun siswa siswinya. Disamping itu aparat kepolisian menjadi siap siaga akan hal yang akan terjadi setelah pengumuman, yaitu huru hara para pelajar yang dapat membuat keonaran, di beberapa titik rawan telah menjadi incaran aparat kepolisian.
Pengumuman yang dilakukan secara seksama antara seluruh SMA tahun ini cukup membuat aparat kepolisian kewalahan, karena banyaknya huru hara yang tidak terkendali terjadi di berbagai tempat khusunya ruas jalan yang biasanya dipakai kendaraaan umum menjadi macet akibat ulah keonaran para pelajar. Tahun-tahun sebelumnya huru hara siswa siswi ini seakan menjadi tren pelajar ketika menghadapi kelulusan, kebut kebutan dijalan, konvoi, tidak memakai helm dan bahkan coret-coret di tempat fasilitas umum.
Maraknya kerusuhan yang sengaja dibuat siswa, menimbulkan corak negatif bagi pelajar primbumi. Kelulusan yang seyogyanya diapresiasikan dengan kesyukuran yang positif, diartikan dengan luapan ekspresi kebebasan yang berlebihan, baik saja untuk merespon keberhasilan dengan senang-senang dan membagi kebahagian dengan orang lain, namun harus tetap pada koridor sekedar mengekspresikan kebahagian dengan hal-hal yang positif dan tidak merugikan pihak lain.
Namun, realitanya pengekspresian para siswa menjadi sangat berlebihan, menyambut kelulusan dengan membuat kerusakan dan mudharat dimana mana serta banyak merugikan pihak lain hingga muncul pertanyaan, Apakah dengan melakukan tradisi seperti itu akan mendapatkan banyak manfaatnya ? apakah dengan seperti ini masyarakat akan bangga dengan kelulusan para pelajar ?
Pemahaman dan orientasi yang terarah sangat perlu di encamkan oleh para siswa, terkhusus para orang tua dan guru yang sangat dominan untuk mengarahkan dan memberi tauladan yang baik terhadap para siswanya, diantaranya adalah memberikan motivasi bahwa keberhasilan atau kemajuan seyogyanya adalah pencapaian yang luar biasa atas jerih payah siswa selama menempuh pembelajaran dan harus disyurkuri dengan hal yang positif agar keberhasilan yang didapat memberikan makna dan kesan yang baik, baik bagi dirinya dan orang lain. Dan juga tidak kalah pentingnya bahwa keberhasilan notabane nya adalah merubah suatu tradisi yang kurang baik menjadi tradisi yang lebih baik dan bermanfaat bagi diri sendiri serta orang lain.
Siswa adalah kaum pelajar dan memeliki kemampuan yang lebih baik secara keilmuan, etika dan social. Maka dari itu, secara seksama hal ini perlu diperhatikan oleh para pelajar yang akan menghadapi kelulusan dan para pendidik yaitu guru yang haru terus membimbing dan mengarahkan siswa siswinya kepada hal yang positif, karena sebaik apapun hasil kelulusan yang dicapai apabila akhlak dan sosialnya negatif tetap tidak akan menghasilkan bibit unggul yang baik bagi diri sendiri masyarakat dan negara.
Ekspresikan kelulusan dan rayakan kemenangan dengan berbuat kebaikan dan tidak menularkan kemudharatan, baik tidaknya, ungul tidaknya benih yang dilahirkan dari dunia pendidikan dilihat dari etika dan estetika pelajar, semuanya akan baik apabila akhlak yang dididik tertata dengan baik. Baik dalam bermuammalah, baik dalam perbuatan maka itulah keberhasilan dan kelulusan yang real bagi seorang pelajar. Wallahu a’lam bissawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H