Nasi putih, Goreng telur dadar, lalapan timun yang sudah terpotong, sambel tomat bawang merah ditambah cabai rawit campur sedikit gula.Â
Terimakasih sumini, Â kodrat mu dari dapur, sumur dan kasur tak pernah kau lupakan. Semoga keringat dan lelahmu menjadi ibadah setiamu terhadap suami mu yang tidak suka mengumbar gombalan dan rayuan manis.Â
Sudah berapa banyak kalimat-kalimat indah yang keluar dari mulutku, barangkali kau sudah muak untuk mendengarkannya bahkan mengingatnya.Â
Aku tahu cinta tidak hanya soal materi, aku juga tidak mau melihat engkau berdaster sepanjang hari, tidak ingin sepanjang hari mencium bau asap dari tubuhmu yang putih dan halus. Aku juga tidak ingin rambutmu kusut, tanganmu yang dulunya halus dan lembut waktu orangtuamu titipkan kepadaku.Â
Aku berandai-andai sehari saja, menjadi seorang raja dan engkau permaisurinya, apakah kisah cinta kita akan sama seperti ini. Apakah kehidupan kita berubah. Untungnya aku bukan raja dan tuhan menciptakan kita untuk melukis kanvas kemudian mewarnainya secara bersama-sama.
Sumini, hidangan yang kau sajikan sungguh nikmat, bukan karena lauk pauk dan nasinya, namun karena keihklasan dan rasa cintamu.Â
Seperti hujan yang selalu ditemani panas, seperti pagi yang selalu rindu dengan malam, seperti matahari yang selalu merindukan bulan. Seperti itulah aku padamu sumini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H