Di ruas trotoar jalan sudirman, pak samsul duduk memperhatikan lalu lalang kendaraan, sambil menghisap sebatang rokok kretek, asap keluar dari mulut dan hidungnya. Kali ini pak samsul ditemani istrinya yang selalu siap menemani beliau dalam tugasnya.Â
Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, kendaraan lewat sudah mulai sepi. Pak Samsul mulai gelisah karena dagangannya hari ini hanya sedikit yang laku. Painem istri pak Samsul sungguh sangat setia menunggu.Â
"Mbok ne, kalau kamu sudah ngantuk, biar dagangan kita ditutup saja, lagian Apri dirumah sendiri ga ada yang jagain."
"Iya Pak e, sebentar lagi, sayang jagungnya kalau tidak laku, besok sudah tidak bagus lagi untuk dijual. Lagian modal kita belum nutup buat beli jagung lagi."
"Iya Mbok ne, aku juga ngerti. Beberapa bulan belakangan ini dagangan kita kurang laris ya. Jangan-jangan ada apa nya lagi."
"Walahh, jangan berpikiran macem-macem, ingat gusti Alllah Pak e, jangan lelah untuk bermohon kepadaNya. Kita ambil hikmahnya, Allah tidak akan menguji ummatnya, melainkan sesuai dengan kemamampuannya. Kita mesti eling"
Tak lama berselang, dua gadis cantik paruh baya keluar dari sebuah mobil sedan brio. Suara tak tok tak tok sepatunya dengan geboy pinggul bergoyang, mendekati pak samsul.Â
"Pak, kalau kami borong semuanya berapaan jagungnya, biar ga usah di bakar. Bisakah ? Kata salah seorang gadis cantik itu."
"Boleh neng, harganya dua ratus ribu aja neng, itung buat modal besok beli jagung baru lagi neng"
Tanpa berpikir lama-lama, kedua gadis muda itupun, mengiyakan.Â