Kedelapan, orang yang meninggalkan kewajiban memberikan nasehat pada umat padahal beliaulah yang paling ditunggu nasehatnya. Mereka malah membahas hal-hal sepele dengan bahasa yang berlebihan demi mengejar popularitas.
Kesembilan, orang yang kagum dengan ucapan yang keluar dari seseorang yang zuhud, ehingga mereka mengulang-ulangnya kepada orang lain tanpa merea tahu maknanya. Namun mereka menganggap bahwa mereka ialah orang yang selamat dan mendapatkan ampunan Allah SWT. karena pembahasan zuhud yang sering ia sampaikan.
Kesepuluh, Orang yang senantiasa mempelajari ilmu hadits dengan tujuan berkelana dan menyampaikan bahwa ia telah mendapatkan hadits dari gurunya, yang tidak ada orang lain dapatkan sanadnya. Mereka juga tertipu karena merasa paling baik padahal merek ahanya mendengarkan saja tanpa menghafal dengan kuat, memahami maknanya secara mendalam dan mengamalkannya.
Kesebelas, orang yang senantiasa menghabiskan waktunya untuk memahami ilmu nahwu, syair, bahasa, dan lainnya. Mendalami ilmu-ilmu tersebut memang baik, namun jangan sampai hanya mendalami ilmu itu saja secara berlebihan hingga tak tahu akhirnya, yang demikian hanya menyia-nyiakan waktunya saja. Alangkah baiknya bila dapat mempelajari ilmu itu dan mengaitkannya dengan bacaan-bacaan yang penting seperti al-Quran dan hadits yang dapat/biasa digunakan.
Jika kita lihat kembali secara seksama, bahwa segala kekeliruan dan ketertipuan golongan-golongan ulama di atas sumbernya ialah dari hati. Sehingga satu golongan dapat menganggap dirinya paling baik/lebih baik dari orang lain padahal sebenarnya mereka sedang dalam ketertipuan syaitan. Dari sini sangat jelas pentingnya kita menjaga hati, karena hati merupakan inti yang dapat menggambarkan seseorang baik/buruknya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:
Dari An Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
"Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)" (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Selain itu, kita juga jangan sampai menjadi orang yang mengatakan apa yang tidak dikerjakan. Sebagaimana dalam Q.S As-Shaff: 3.
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ
"Sangat besarlah kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan."