Mohon tunggu...
Elva Kemala Fauziah
Elva Kemala Fauziah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Mahasiswi UIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Orang-orang yang Tertipu dari Golongan Ulama

18 Juni 2023   15:05 Diperbarui: 18 Juni 2023   15:25 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kitab Ashnaful Maghrurin

Orang-Orang yang Tertipu dari Golongan Ulama

Manusia ialah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna diantara makhluk lainnya. Hal ini karena manusia dianugerahkan akal yang berfungsi untuk memilih jalan kebakan, tidak seperti hewan yang hanya diberikan nafsu saja, juga tidak seperti malaikat yang justru tidak diberikan nafsu, dimana nafsu tersebut apabila dapat dikendalikan dengan baik, akan mendorong seseorang untuk melakukan yang terbaik. Namun tidak semua manusia dapat menggunakan fungsi akal dan hatinya dengan baik. Sehingga banyak juga orang-orang yang lupa, keliru, bahkan tertipu.

Dalam kitab Ashnaful Maghrurin dibahas terdapat beberapa golorang orang-orang yang tertipu. Ternyata orang-orang yang tertipu tidak hanya dari golongan orang kafir saja, melainkan banyak pula golongan orang mukmin yang tertipu, seperti dari kalangan ulama, ahli ibadah, orang yang bergelimang harta, dan ahli tasawuf. Kesemuanya ini memiliki penyebab masing-masing-masing sehingga mereka dapat dikatakan tertipu.

Dalam artikel ini akan mengulas sedikit terkait klasifikasi golongan orang-orang yang tertipu dari kalangan ulama. Dimana di kalangan ulama ini terbagi kedalam 11 golongan orang yang tertipu. Pertama, orang yang menggeluti ilmu agama dan logika sampai mereka dengan sombongnya menganggap bahwa dengan keluasan ilmunya tersebut akan mengangkat derajatnya dan dia pasti akan mendapatkan syafaat dari Allah SWT. Padahal dalam pembahasan kitab Sirrul Asror karya Syeikh Abdul Qadir al-Jailany juga dijelaskan bahwa nilai suatu amal itu tersembunyi dalam hakikat. Maka seharusnya tidak pantas seorang alim ulama memiliki anggapan seperti demikian.

Kedua, orang yang menghukumi sesuatu dengan ilmu dan amal serta meninggalkan maksiat tapi lupa menjaga hatinya. Orang-orang seperti ini senang dengan popularitas dan penghormatan. Mereka hanya fokus terhadap perkara dzahir sedangkan melalaikan perkara batin. Padahal inti amalan tergantung pada hati yang bersih. Hati yang seperti itu akan menumbuhkan sifat munafik sebagaimana air yang menumbuhkan sayuran.

Ketiga, orang yang mengerti tentang akhlak yang buruk dari segi syariat. Namunmerekaterbuai dengan itu, dan mengira orang yang diuji Allah hanyalah orang awam dan mereka mengira dan mengatakan bahwa dengan kealiman dan ilmu yang mereka miliki akan mendatangkan manfaat bagi orang Islam dan semua makhluk dengan dalihmerekamemuliakan ilmu dan menolong agama Allah, dengan ucapannya tersebut membuatmerekaria, ujub, dan lupa akan kerendahan hati sebagaimana yang telah dicontohkan nabi dan para sahabat.

Keempat, hampir sama dengan golongan ketiga, yaitu orang yang paham agama, taat, dan menjauhi maksiat, namun pada golongan ini mereka lalai dengan tipu daya syaitan yang samar dengan tidak mau bercengkrama dengan orang lain karena sombong dan menatap yang lain lebih rendah darinya.

Kelima, orang yang meninggalkan ilmu yang penting. Mereka hanya mempelajarai secara ringkas ilmu yang lebih berhubungan dengan sosial duniawi. Sehingga mereka disebut dengan ahli fiqih dan madzhab. Dari segi amal, merek atertipu karena sering menyia-nyiakan amal lahir dan batin serta pembersihan dirinya. Dan dari segi ilmu mereka hanya menganggap bahwa ilmu fiqih ialah yang paling penting. Mereka senang berdebat dan mencari kesalahan untuk menjatuhkan lawan. Padahal pada masing-masingnya memiliki dalil yang seharusnya tidak perlu diperdebatkan untuk dijatuhkan.

Keenam, orang yang menekuni ilmu kalam dan perdebatan terkadang mereka sesat dan menyesatkan dengan hanya menganggap dirinya benar dan mudah mengkafirkan orang lain. Mereka menganggap kesempurnaan seseorang dinilai dengan bagaimana mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ilmu kalam. Ilmu kalam adalah ilmu terpenting yang wajib dipelajari dan orang yang tidak mempelajari ilmu kalam dan berbeda pendapat dengannya dianggap salah dan tidak sempurna imannya.

Ketujuh, orang yang senantiasa memberikan nasehat, membicarakan masalah hati dan mahabbah, memberi peringatan akan adanya ancaman Allah, namun mereka lalai dengan dirinya sendiri. Mereka senang menampakkan kezuhudan, tidak menyukai perbuatan tercela namun secara sadar/tak sadar mereka juga melakukannya. Mereka yang mengajak orang-orang berdzikir namun mereka jualah yang sering lupa menyebut Allah Swt.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun