ChatGPT, sebagai salah satu bentuk kecerdasan buatan generatif, telah merambah berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dunia pendidikan. Mahasiswa, sebagai kelompok yang sangat akrab dengan teknologi, menjadi salah satu pengguna aktif ChatGPT. Artikel ini akan membahas interaksi antara ChatGPT dan mahasiswa dalam konteks era digital, serta menganalisis fenomena ini melalui lensa teori sibernetika.
ChatGPT Lebih dari Sekadar Chatbot?Â
ChatGPT bukan sekadar chatbot biasa. Dilatih dengan data teks yang masif, model ini mampu menghasilkan teks yang koheren, terstruktur, dan relevan dengan konteks percakapan. Bagi mahasiswa, ChatGPT menawarkan berbagai manfaat, mulai dari:
- ChatGPT dapat membantu mencari sumber, menyusun kerangka tulisan, bahkan merangkum artikel ilmiah.
Â
- ChatGPT dapat digunakan sebagai mitra berlatih untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing.
- ChatGPT dapat membantu dalam pembuatan berbagai jenis konten, seperti esai, laporan, atau presentasi.
Teori sibernetika mempelajari sistem yang mengatur diri sendiri, termasuk sistem komunikasi dan kontrol. Dalam konteks ChatGPT dan mahasiswa, kita dapat melihat beberapa prinsip sibernetika yang berlaku:
1. Interaksi antara mahasiswa dan ChatGPT bersifat dinamis dan melibatkan umpan balik. Mahasiswa memberikan input, dan ChatGPT memberikan respons. Proses ini terus berulang, memungkinkan pembelajaran yang berkelanjutan.
2. ChatGPT membantu mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran mereka. Model ini bertindak sebagai mekanisme pengaturan diri yang membantu mahasiswa menjaga keseimbangan dalam proses belajar.
3. ChatGPT mampu menghasilkan berbagai jenis teks, memungkinkan mahasiswa untuk mengeksplorasi berbagai ide dan perspektif.