Ki Hadjar Dewantara adalah seorang tokoh pendidikan Indonesia yang pemikirannya sangat berpengaruh terhadap perkembangan sistem pendidikan di Indonesia. Beberapa  pemikiran yang saat ini menjadi pondasi perubahan pendidikan indonesia diantaranya :
- Tri Sentra Pendidikan:
- Ki Hadjar Dewantara mengemukakan konsep Tri Sentra Pendidikan, yang menyatakan bahwa pendidikan harus melibatkan tiga pusat pendidikan utama: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga pusat ini harus saling bekerja sama untuk mendidik anak secara holistik.
- Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani:
- Prinsip ini berarti bahwa seorang pendidik harus memberikan contoh yang baik di depan (Ing Ngarso Sung Tulodho), memberikan dorongan dan motivasi di tengah (Ing Madya Mangun Karso), dan memberikan kebebasan serta dukungan dari belakang (Tut Wuri Handayani). Prinsip ini menjadi dasar dari metode pengajaran yang efektif dan bermakna.
- Pendidikan Merdeka:
- Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa pendidikan harus memerdekakan individu, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Pendidikan harus membantu siswa berkembang menjadi manusia yang merdeka, kreatif, dan bertanggung jawab.
- Pendidikan Berbasis Kebudayaan:
- Pendidikan harus didasarkan pada kebudayaan nasional. Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya mengenalkan dan mengajarkan kebudayaan lokal kepada siswa agar mereka memahami dan menghargai warisan budaya mereka sendiri.
- Pendidikan yang Demokratis:
- Pendidikan harus bersifat demokratis, artinya semua orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan tidak boleh diskriminatif dan harus mencakup semua golongan masyarakat.
- Pendidikan sebagai Proses Seumur Hidup:
- Ki Hadjar Dewantara juga menganggap bahwa pendidikan adalah proses seumur hidup. Belajar tidak hanya terbatas pada bangku sekolah, tetapi berlangsung sepanjang hayat.
Pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara ini telah menjadi landasan penting dalam pengembangan sistem pendidikan di Indonesia, menginspirasi banyak kebijakan dan praktik pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan generasi yang berkarakter, mandiri, dan berbudaya.
Mempelajari modul filosofis pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara telah memberikan wawasan yang mendalam tentang pentingnya pendekatan holistik dalam mendidik siswa. Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa pendidikan tidak hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga mencakup pembentukan karakter dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan.Â
Prinsip-prinsip seperti Tri Sentra Pendidikan dan Tut Wuri Handayani mengingatkan kita bahwa keluarga, sekolah, dan masyarakat memiliki peran yang sama penting dalam membentuk kepribadian anak. Pemahaman ini akan membantu saya untuk lebih berfokus pada kerjasama dengan orang tua dan komunitas dalam mendidik siswa di SMPK Rosa Mistika Waerana.
Pengalaman ini juga mendorong saya untuk mengimplementasikan pendekatan yang lebih demokratis dan inklusif di dalam kelas. Saya belajar bahwa setiap siswa memiliki potensi unik yang perlu diapresiasi dan dikembangkan.Â
Dengan menerapkan prinsip Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, saya akan berusaha menjadi teladan yang baik, memberikan motivasi, serta mendukung kebebasan belajar siswa. Pendekatan ini akan menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan memberdayakan siswa untuk menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab.
Selain itu, pemahaman tentang pentingnya pendidikan berbasis kebudayaan telah menginspirasi saya untuk lebih mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dalam proses pembelajaran. Di SMPK Rosa Mistika Waerana,Â
Sudah merancang kegiatan yang mengangkat kearifan lokal seperti tradisi Budaya "Masuk Minta" dan "Keda Rugha manuk" Mengukuhkan Mmepelai Wanita untuk bergabung dengan keluarga besar mempelai Laki-laki .Â
Melalui kegiatan ini, siswa tidak hanya akan belajar tentang warisan budaya mereka, tetapi juga mengembangkan rasa cinta dan bangga terhadap identitas budaya mereka.Â
Dengan demikian, pendidikan yang diberikan akan lebih relevan dan bermakna bagi siswa, sekaligus melestarikan budaya lokal. Di SMPK Rosa Mistika Waerana, proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dimulai dengan menciptakan suasana kelas yang inklusif dan demokratis. Guru membuka pelajaran dengan mengajak siswa berdiskusi tentang topik yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka.Â
Misalnya, dalam mata pelajaran Seni dan Budaya, guru mengajak siswa untuk mengeksplorasi dan mendalami tradisi Budaya Masuk Minta dan "Keda Rugha" manuk yang berasal dari daerah Manggarai Timur.