Kalau saya biasanya akan dimulai dari menunggu adzan maghrib sambil berbincang santai, lalu pembatalan puasa dengan makanan-minuman ringan, kemudian sholat, setelah itu kembali makan malam, dan bercakap-cakap dengan agenda masing-masing tergantung bukber apa yang dihadiri, apakah bukber pertemanan atau komunitas atau organisasi.
Pada bukber virtual, hal serupa juga bisa dilaksanakan meski teknis dan suasananya berbeda. Bukber virtual dengan lingkaran pertemanan yang lebih kecil bisa berjalan dengan lebih fleksibel. Kalau untuk komunitas/organisasi yang lebih formal, akan ada moderator yang memandu acara, seperti bukber biasa juga, bedanya di teknis sahaja.
Catatan: Disiplin waktu adalah kunci dalam kelancaran acara ini. Bila pada bukber biasa akan lebih mudah mencari orang-orang yang telat kembali karena ia lama berdoa, atau sedang melipir menelepon seseorang, misalnya. Kalau di bukber daring kan kita tidak tahu ia hilang ke mana jika tak ada konfirmasi.
Jika semua sudah siap saat bukber, jadi bisakah bukber virtual dilaksanakan?
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya... Kenapa tidak?
Bukber biasa atau bukber virtual sama-sama punya kelebihan dan kekurangan.
Semoga bukber yang dilaksanakan mempunyai niatan baik untuk menjaga hubungan persaudaraan, dan tidak membuat kita melewatkan kewajiban dan kebaikan spesial yang ada pada bulan Ramadan.
Hingga akhirnya, foto bersama (yang sudah masuk ke dalam daftar agenda masa kini) pun terjadi dengan mandiri pada bukber virtual, yaitu screenshot screenshot sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H