Tentunya masih segar perseteruan yang memanas antar purnawirawan Jenderal kita dalam masalah dukung mendukung capres, dan yang terbaru adalah mengenai pernyataan Jenderal (Purn.) Wiranto terkait surat DKP mengenai kasus penculikan yang pernah dilakukan oleh Tim Mawar Kopassus yang saat itu dipimpin oleh Letnan Jenderal (Purn.) Prabowo Subianto.
Walhasil, pernyataan yang dikeluarkan oleh Jenderal (Purn.) Wiranto menyebabkan respon yang beragam, tidak sedikit pula kecaman yang dialamatkan kepadanya, beberapa purnawiraan Kopassus bahkan mengeluarkan pernyataan yang sedikit mengancam, dan terbaru adalah pernyataan salah satu pendiri partai HANURA, Elza Syarif ikut bersuara dan mengkritik pernyataan Jenderal (Purn.) Wiranto.
Menarik untuk didalami adalah, apakah sebenarnya motif dibalik perseteruan ini??? Yang santer terdengar adalah masalah rivalitas, memang pada kenyataannya dalam tubuh TNI d/h ABRI sebenarnya sangat kental atmosfir rivalitas dan/atau kelompok-kelompok yang dinamakan Tentara warna Hijau, Merah, Merah-Putih, dan entah ada warna apa lagi didalamnya yang saling sikut menyikut satu dengan lainnya.
Saya tidak akan membahas masalah rivalitas tersebut, karena sudah banyak sekali yang membahasnya, saya justru ingin mengungkap motif lainnya yang mungkin terlupakan, yaitu status Jenderal (Purn.) Wiranto di mata dunia Internasional yang sebagai buronan akibat pelanggaran HAM di Timor-Leste d/h Timor Timur.
Seperti yang pernah dirilis oleh beberapa media bahwa pengadilan yang didukung PBB mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Jenderal Wiranto atas pelanggaran HAM di Timor Timur tahun 1999 silam. "Dikeluarkannya perintah penangkapan Wiranto merupakan langkah penting dalam upaya berkelanjutan kami untuk mengadili mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan terhadap penduduk sipil Timor Timur pada 1999," tukas penuntut PBB Nicholas Koumjian dalam sebuah statemen yang dirilis di Timtim, seperti dilansir Associated Press (AP), Senin (10/5/2004).
Mengapa Jenderal (Purn.) Wiranto merapat ke kubu Jokowi, bukankah sebelumnya Letnan Jenderal (Purn.) Prabowo Subianto telah menemuinya dan mengajak konsolidasi, sebenarnya logikanya sederhana, Jenderal (Purn.) Wiranto bila berkolaborasi dengan Letnan Jenderal (Purn.) Prabowo Subianto tidaklah menguntungkan posisinya, terutama karena Letnan Jenderal (Purn.) Prabowo Subianto merupakan rivalnya dulu ketika aktif di TNI d/h ABRI, selain itu stigma yang melekat terkait pelanggaran HAM justru akan semakin kuat ketika keduanya bersama.
Sebaliknya, pada kubu yang bersebrangan, Jenderal (Purn.) Wiranto tidak saja merasa nyaman; terlebih juga ketika beberapa waktu lalu hasil perhitungan (survei dan/atau polling) masih mengunggulkan Jokowi memenangkan konstelasi perebutan kekuasaan Presiden Indonesia, sehingga masalah pelanggaran HAM yang dilakukannya dapat dipayungi dengan baik bila dirinya berteduh pada pihak yang berkuasa.
Singkat kata, Jenderal (Purn.) Wiranto mencoba cari selamat, yang bercampur aduk dengan atmosfir rivalitas yang justru semakin mengentalkan aroma persaingannya sehingga menjurus kasar. Semoga, eling dan mawas diri, wis tuek, damai, kasihan Rakyat Indonesia ikut-ikutan jadi terombang ambing diujung pertikaian akibat politik yang sepertinya dimanfaatkan pihak lain untuk adu domba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H