Sulsel akan melakasanakan Pilkada serentak di sebelas kabupaten/kota. Salah satunya adalah Kab. Pangkep. Walau belum memasuki tahapan, namun Hawa-hawa pilkada mulai menggeliat diberbagai sudut pangkep hingga ramai di media sosial. Para figur bakal calon bersama relawannya mulai intens mensosialisasikan diri dan figurnya. Mulai spanduk, kalender, baligho, dan media sosial.
Bupati Menjabat saat ini Syamsuddin Hamid yang lebih dikenal dengan SAHABAT telah menyatakan diri untuk maju kembali dipilkada. SAHABAT adalah dalah satu figur yang hingga kini menunjukkan keseriusannya. Hal itu dapat dilihat dari alat peraga yang tersebar hingga pelosok kabupaten pangkep.
Figur bakal calon yang juga menunjukkan keseriusannya pada masyarakat pangkep untuk bertarung menjadi bupati pangkep adalah Hamka Padellang. Hamka Padellang yang berlatar belakang militer kini intens keluar masuk kampung menyambangi masyarakat. Alat peraga pun telah tersebar menghiasi kabupaten pangkep. Hal ini mengindikasikan keseriusan Hamka Padellang atau yang lebih dikenal Haji Pade, dengan tagline nya “wattuna mi sodara”
SAHABAT (Syamsuddin Hamid Batara) dan Haji Pade (Hamka Padellang) sangat serius untuk berpartisipasi Dipilkada sebagai bakal calon Bupati, dua figur ini juga telah mendaftarkan diri dibeberapa partai politik untuk mengusungnya. Hingga kini hanya incumbent (syamsuddin Hamid Batara) yang hampir pasti mendapatkan kendaraan politik yaitu Golkar dan juga ada indikasi beberapa partai akan mengusungnya.
Disamping dua figur tersebut, masih ada figur-figur lain yang menyatakan diri maju di pilkada pangkep yaitu: Abd. Rahman Assegaf (wakil Bupati pangkep), Sangkala Taepe (anggota DPRD Sulsel), Syahban Sammana (Kepala Bappeda Pangkep), Kamrussamad (Pengusaha, Ketua Gerindra Pangkep). Namun bentuk keseriusan mereka tidak begitu terlihat dimata masyarakat pangkep. Karena kurangnya intensitas sosialisasi ke masyarakat dan juga alat peraga yang nyaris tak ada.
Ada dua kemungkinan yang terjadi dengan fenomena ini: (1) bahwa SAHABAT dan Hamka Padellang begitu gencar mensosialisaikan diri dimasyarakat demi menaikkan popularitas dan elektabilitas. Karena hal tersebut sebagai pegangan/acuan partai politik mengusungnya selain visi misi. (2) Bisa jadi telah mengantongi Rekomendasi partai politik, sehingga fokus mendekatkan diri pada masyarakat dengan menawarkan program-program demi menaikkan elektabilitas dan menunjukkan keseriusan.
Hal berbeda yang di perlihatkan oleh Abd. Rahman Assegaf, Sangkala taepe, Syahban sammana dan Kamrussamad. Seolah masih malu-malu atau ragu untuk berkompetisi pada pilkada, atau bisa jadi adalah bagian dari strategi mereka.
Disisi lain Sayup-sayup isu putra daerah mulai terdengar menjadi hangat. Hal ini tidak bisa dipungkiri adalah bagian dari strategi kampanye figur-figur tertentu yang merasa terancam atau tak bisa bersaing sehat dalam pilkada. Isu sektarian mulai dijadikan alat propaganda.
Sebelum isu putra daerah terlalu jauh, ada baiknya jika kita mengetahui Undang-undang Pilkada itu sendiri, ketika memang tertera dalam undang-undang maka tak apa isu putra daerah, hanya putra daerah pangkep yang boleh menjadi kepala daerah di pangkep (bupati). Apalagi dalam memilih pemimpin, pemahaman akan istilah Putra daerah akan menggerakkan semangat primordialisme (fanatisme terhadap ras dan suku tertentu) yang akan memberikan dampak buruk untuk persatuan bangsa Indonesia. Ada baiknya kita berkaca dari kota paling timur Indonesia yaitu Kota Jayapura, dimana Putra daerah Pangkep diterima oleh masyarakat Jayapura menjadi Wakil walikota. Yaitu DR. H. Nuralam, SE, M.Si. apakah pangkep masih tertinggal dari kota jayapura tentang demokrasi? Pilkada adalah amanah Pancasila dan UUD 1945. Ketika isu putra daerah makin di enduskan maka itu sama saja kita menolak ke Bhinekaan.
Menurut Muhammad Effendi (Dosen Fakultas Hukum Unlam) mensinyalir bahwa latar belakang munculnya isu putra daerah dikarenakan adanya (1). Keinginan putera daerah dapat tampil menjadi pemimpin dan menjadi tuan rumah di daerah sendiri; (2) Putera daerah dianggap lebih memahami keinginan masyarakat dan aspek-aspek sosio kultural; (3). Timbulnya konflik kepentingan dan memanfaatkan isu tersebut untuk tujuan politik dan; (3). Adanya kemungkinan calon yang ingin tampil kurang percaya diri.
mengenai syarat putera daerah kepada pemilih sebagai pertimbangan masing-masing untuk melakukan pilihan, ketentuan perundangan pun tidak mengatur demikian.
Partisipasi kita, sebagai warga Pangkep yang baik akan sangat dibutuhkan dalam mensukseskan Pilkada. Suara kita akan menjadi penentu. Jika kita memilih orang yang tepat, maka bisa dipastikan, tugas dan amanat rakyat akan terpenuhi. Berfikir cerdas dan memilih bukan karena isi tas tapi mari kita kampanyekan memilih demi kebaikan pangkep 5 tahun kedepan.
LEMBAGA STUDI, INFORMASI DAN TRANSFORMASI
(LSIT)
MUSTAMIN / THAMINK
KOMISI MEDIA, RISET DAN SOSPOL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H