Aku...termangu mendapati dia yang sedang narsis nangkring di sana, "hebat sekali kau?" demikian pertanyaan sekaligus pernyataanku dalam senyumanku.
"Berhentilah mengetawai aku mi..."
Kata-kata itu mendarat dihatiku. "Emang kenapa aku tidak boleh tersenyum ataupun tertawa?".
"Yah...gak boleh, kalau orang lain boleh tertawa, boleh menanamkan pendapatnya tentang aku...tapi tidak olehmu, aku harap jangan kau lakukan itu".
"Aku bukan mengejekmu, aku tersenyum karena aku bangga padamu...engkau hebat, engkau energik dan aku terkesima engkau bisa berdiri sendiri tanpa membawa aku bersamamu ".
" Benarkah aku seperti itu?
" Iya tentu saja, kamu berhasil menjadi orang pertama yang menonjol dalam diri kita...meskipun kamu terkesan narsis tapi aku suka".
" Lalu bagaimana denganmu mi....mau jadi seperti apa dirimu? apa kamu juga akan menjadi narsis seperti diriku? ".
"Hei kawan...kamu lupa, aku ini adalah dirimu yang apa adanya. Aku tidak mau ikutan menjadi narsis atau terkesan hebat karena aku adalah orang kedua pada diri kita".
" Apakah benar aku terkesan narsis atau sok-sok menunjukkan kehebatan? "
" Kamu sedikit narsis kawan, tapi kalau sok hebat aku rasa tidaklah...kamu adalah diri kita yang pertama dan juga apa adanya, jadi bagaimana mungkin aku katakan kalau kamu sok, sok-sokan,begini dan begitu. Kamu tidak menipu, kamu berhasil menjadi diri kita  yang pertama".
