Jurnalisme konvensional telah perlahan mengalami transisi menjadi jurnalisme multimedia. Penggunaan internet lebih diandalkan untuk mencari berita.Â
Menurut Paul Bradshaw, jurnalisme masa depan dapat dilihat dari penggunaan perangkat seperti smartphone. Masyarakat cenderung lebih menyukai mencari informasi di internet lewat perangkat seluler karena lebih mudah dan tidak harus mengeluarkan biaya.Â
Sedangkan untuk membaca koran atau majalah, kita harus membeli untuk mengetahui isinya. Perangkat seluler juga memudahkan siapa saja untuk memberikan informasi, tidak harus dilakukan oleh jurnalis.Â
Selain penggunaan perangkat seluler, jurnalisme multimedia juga menggunakan big data yang berarti data yang dihasilkan di internet sangatlah banyak sehingga informasi lebih mudah didapat.
Jurnalisme masa depan juga mementingkan berita yang sedang terjadi pada saat itu juga. Sehingga infomasinya tidak hanya dalam bentuk tulisan yang harus dibuat terlebih dahulu tetapi juga bisa dalam bentuk live-streaming. Contohnya adalah live report Twitter atau fitur live Instagram.Â
Berita juga dapat dibuat dengan mengandalkan kecepatan atau kedalaman. Jurnalisme cepat dapat berbentuk live report atau berita yang beredar di portal online. Sedangkan berita yang dalam bisa berupa konten analisis dan  berita yang berkelanjutan. Macam-macam jurnalisme cepat dan dalam bias dilihat dari The News Diamond.
Paul Bradshaw mengemukakan hal-hal yang dapat memicu persebaran informasi secara global, yaitu:
1. Perhatian
untuk mendapatkan perhatian masyarkat, kita harus pintar untuk mencari apa yang harus diketahui dan apa yang mereka sukai, lalu kita gabungkan. Masyarakat mencari informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu atau sekadar mencari hiburan. Ketika kedua hal tersebut digabungkan, mereka akan merasa tertarik untuk melihat informasi yang diberikan oleh jurnalis.
2. Bahasa
semakin bervariasi bahasa yang digunakan, semakin besar mendapat perhatian karena tidak semua orang berkomunikasi dengan bahasa yang sama.