Buku Untuk Menjadi Perempuan yang Merdeka dan Mampu Memimpin
Jika penulis menyebut kata 'perempuan', apa yang terlintas di benak anda? Lemah? Tidak stabil? Plin-plan? Emosional?
Perempuan memang kerap dianggap makhluk yang lemah dan tidak berdaya, memiliki pemikiran-pemikiran yang tidak stabil dan plin plan, sehingga ada pada kesimpulan bahwa "perempuan tidak pantas untuk menjadi pemimpin masyarakat", ditambah dengan ajaran agama yang salah penafsiran sehingga memperkuat klaim tersebut.
Berbicara mengenai kepemimpinan perempuan dan islam, penulis akan me-review hasil bacaan dari buku yang luar biasa, yaitu buku dengan judul "Islam, Kepemimpinan Perempuan, dan Seksualitas" (2007).Â
Buku yang ditulis oleh seorang dosen prodi sosiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Neng Dara Affiah, ini merupakan buku yang cocok dibaca untuk anda yang tertarik dengan issue gender. Dalam buku ini terdapat tiga bagian besar yang setiap bagiannya terdapat beberapa subbagian. Bagian pertama adalah Islam dan Kepemimpinan Perempuan, bagian kedua Islam dan Seksualitas Perempuan, dan bagian terakhir yaitu Perempuan, Islam, dan Negara.Â
Pada bagian pertama, beliau, Bu Neng Dara menjelaskan penafsiran dari ayat-ayat yang diduga bias gender, seperti pada surat An-Nisa:34 :
dan ayat ataupun hadits lainnya yang dapat anda temukan tafsir dari berbagai ulama dalam buku tersebut.
selanjutnya, pada bagian ini juga dijelaskan cara-cara untuk melahirkan generasi pemimpin perempuan, bagaimana peranan laki-laki terdekatnya (ayah atau suami) mempengaruhi pola pikir dan tindakan perempuan, seperti Megawati yang merupakan anak dari seorang presiden pertama Indonesia, Soekarno. Penulis juga menjadikan bahasan mengenai Megawati ini dalam sub bagian khusus, yang kemudian dilanjutkan dengan bahasan mengapa isu gender dalam kepemimpinan nasional (pada masa Megawati) mencuat ke permukaan? Mengapa gender pada masa Megawati ini dianggap sebagai alasan dari keadaan kepemimpinan saat itu? Anda akan temukan jawabannya dalam buku tersebut. Selain itu, masih banyak lagi bahasan yang dibahas pada bagian satu ini, yang akan membuat pola pikir anda berubah. Salah satu yang menarik dari bagian ini adalah sekelumit cerita dari perjuangan nenek sang penulis buku, Bu Neng Dara, yang merupakan seorang guru yang luar biasa. Sedikit mengutip mengenai pemikirannya, yaitu "Islam adalah kebenaran perilaku yang bersandar pada moralitas sehari-hari seperti kejujuran, keadilan dan kebaikan pada semua". Hj. Siti Masyitoh, nenek sang penulis buku, merupakan bukti nyata bahwa banyak Kartini-Kartini lain yang namanya mungkin dilupakan, terkuburkan.
 Pada bagian kedua dalam buku ini,  yaitu mengenai islam dan seksualitas perempuan. Di dalam pembahasan bagian kedua ini, Bu Neng Dara memulainya dengan bahasan perkawinan dalam perspektif agama-agama, yaitu mengenai ajaran berbagai agama tentang perkawinan yang seringkali merugikan pihak perempuan. Posisi perempuan yang selalu menjadi objek dalam perbincangan pengaturan, bukan sebagai subjek yang dapat mengatur dirinya. Pada salah satu sub bagian pada bagian kedua ini terdapat penjelasan mengenai jilbab dan seputar aurat perempuan yang seringkali menuaikan pro kontra di kalangan masyarakat. Namun, Bu Neng Dara mampu  menjelaskan dan menguraikan nya dengan sangat detail dan terstruktur. Sub bagian yang tak kalah penting adalah mengenai pemikiran Ziba Mir-Hosseini yang salah satu pemikirannya yaitu mengenai kewajiban istri atas suami yang menurutnya bermasalah dalam perspektif feminis, juga dalam melihat posisi antara suami dan istri yang tidak setara dapat mempengaruhi harmoni keluarga.
Bagian ketiga, yang juga menjadi bagian terakhir pada buku ini yaitu mengenai perempuan, islam, dan negara. Bagian ini diawali oleh feminisme dan Islam Indonesia, dimana feminisme Islam mendasarkan kerangka kerjanya pada sumber-sumber utama ajaran Islam, yakni Al-Qur'an, Hadits, dan hukum Islam lainnya. kemudian, pada sub bagian lain terdapat penjelasan mengenai gerakan perempuan dalam pembaruan pemikiran Islam di Indonesia yang dalam bukunya, Bu Neng Dara menyebutkan beberapa tokoh dan pemikirannya, seperti Agus Salim, Soekarno, Munawir Sjadzali, Harun Nasution, Rif'at Hassan. dan masih banyak lagi. Bu Neng Dara juga menyebutkan tahapan dalam gerakan feminisme ini, yang awalnya wacana menjadi gerakan sosial, dengan banyaknya pesantren yang berlandaskan kesetaraan gender seperti Cipasung, kemudian di tingkat nasional terdapat kalangan kaum muda NU sebagai aktivis pembaruan pemikiran Islam yang tidak lepas dari pengaruh K.H Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur. Setelah berkembang menjadi gerakan sosial, tumbuhlah kebijakan negara yang berawal dari masa BJ habibie yang mengakomodasi terbentuknya Komnas Perempuan yang kemudian isu-isu perempuan ini mulai diadopsi menjadi kebijakan negara oleh Gus Dur.
Selain yang telah penulis cantumkan dalam tulisan ini, masih banyak lagi bagian-bagian penting lainnya yang menarik untuk anda baca. Seperti penggalan puisi yang ditulis oleh Muhammad Iqbal, pujangga muslim dari Pakistan, juga cerpen yang ditulis oleh Arman Arroisi berjudul Pengorbanan Cinta. Buku ini diakhiri dengan sub bagian yang tak kalah menarik, yaitu mengenai Inses atau Incest Dalam Perspektif Agama-agama, yang lagi-lagi selalu menjadi perbincangan hangat dan kontroversial.