Menurut saya, setiap siswa di kelas itu membawa cerita unik tentang siapa mereka, dan cerita ini sangat dipengaruhi oleh budaya di sekitar mereka. Budaya nggak cuma soal tradisi besar seperti Idulfitri atau Tahun Baru Imlek, tapi juga kebiasaan sehari-hari cara mereka berbicara, belajar, atau bahkan berinteraksi dengan orang lain.
Contohnya, siswa yang tumbuh dalam keluarga Jawa tradisional pasti terbiasa dengan nilai gotong royong, jadi dia cenderung mudah bekerja sama. Sedangkan siswa yang berasal dari budaya urban, mungkin lebih fokus pada pencapaian pribadinya. Kalau mereka belajar di kelas yang sama, bisa kebayang kan, gimana menariknya dinamika mereka?
Budaya dan Gaya Belajar
Saya juga ngerasa budaya itu berpengaruh banget ke gaya belajar siswa. Misalnya, siswa dari budaya yang suka mendongeng atau bercerita pasti lebih menikmati metode belajar yang pakai narasi. Tapi, kalau siswa dari budaya visual, mereka mungkin lebih paham kalau belajar pakai gambar, video, atau diagram.
Makanya, menurut saya, satu metode mengajar itu nggak akan cocok buat semua siswa. Guru perlu memahami gaya belajar mereka yang beda-beda.
Tantangan Keberagaman
Tapi ya, keberagaman budaya di kelas ini juga bisa jadi tantangan. Misalnya, ada siswa yang pendiam, mungkin dia terlihat pasif. Padahal, dalam budayanya, diam itu bentuk sopan santun. Atau ada siswa yang suka bertanya, bisa dianggap terlalu berani, padahal dia cuma ingin lebih paham.
Jadi, menurut saya, guru perlu peka sama latar belakang budaya siswanya. Caranya, bisa dengan mendengarkan cerita siswa tentang kebiasaan atau tradisi mereka. Dengan begitu, guru lebih ngerti apa yang bikin siswa nyaman belajar.
Mengaitkan Budaya dengan Pelajaran
Kalau buat saya, budaya itu nggak cuma bisa dipahami, tapi juga dimanfaatkan dalam pembelajaran. Misalnya:
- Guru bisa ngajarin sains dengan cerita lokal, kayak proses bikin batik atau fermentasi tempe.
- Tugas kelompok tentang budaya masing-masing anggota kelompok, misalnya bikin peta makanan khas daerah mereka.
- Atau, ajak siswa berbagi pengalaman pribadi. Dari situ, mereka nggak cuma belajar, tapi juga saling mengenal.