Saat zat capsaicin pada cabai mengenai permukaan dari lidah, maka  Transient Receptor Potential Vaniloid One (TRPV1) akan segera menyampaikan rangsangan atas sensasi yang diterimanya ke bagian otak Cerebral Cortex yaitu Lobus Parietal. Setelah rangsangan diterima, otak akan menyampaikan ke seluruh anggota tubuh bahwa ada bagian tubuh yang mengalami "kebakaran" yang tidak lain adalah bagian mulut atau lidah yang terkena zat capsaicin saat memakan makanan pedas. Selanjutnya otak memerintahkan bagian dan organ tubuh untuk memberikan pertolongan atau reaksi otomatis dalam menanggapi sensasi panas dan terbakar untuk mengurangi rasanya. Oleh karena itu saat memakan makanan pedas, tidak jarang kita mengeluarkan keringat, ingus, bahkan air mata.Â
Karena zat capsaicin menyebabkan TRPV1 mengirimkan sinyal panas atau terbakar pada Lobus Parietal yang diterimanya sebagai rasa sakit, maka otak juga akan mengirim sinyal pada bagian otak Hipotalamus yang berfungsi untuk mengendalikan produksi hormon oleh kelenjar pituitary. Kelenjar pituitary inilah yang mengeluarkan bahan kimiawi berupa hormon yang dibutuhkan oleh tubuh. Rasa sakit ini segera direspon dengan mengeluarkan neurotransmitter yang bernama hormon endorfin.Â
Hormon endorfin berfungsi untuk mengendalikan rasa sakit dan menimbulkan perasaan senang. Selain itu Hipotalamus juga memerintahkan Kelenjar Pituitary untuk mengeluarkan hormon dopamine yang berfungsi untuk mengendalikan perasaan senang dan bahagia yang membuat rasa sakit dan panas yang dirasakan sebelumnya menjadi terasa lebih nikmat. Oleh sebab inilah banyak orang-orang yang ketagihan dengan rasa pedas.Â
Scoville Organoleptic Test
Seorang apoteker sekaligus ahli kimia yang berasal dari Amerika Serikat bernama Wilbur Scoville, berhasil mengembangkan alat untuk mengukur tingkat kepedasan atau sensasi panas yang ditimbulkan oleh cabai pada tahun 1912. Alat tersebut bernama Scoville Organoleptic Test yang bekerja dengan mengukur berapa banyak zat capsaicin yang terkandung dalam cabai. Ia menciptakan satuan skala untuk mengukur tingkat kepedasan dalam beberapa jenis macam cabai, yang diberi nama Skala Scoville yang masih dipakai hingga saat ini.Â
Pengaruh adanya alat untuk mengukur tingkat kepedasan sangat penting karena juga berhubungan dengan permintaan konsumen makanan yang tidak semuanya menyukai cabai dengan tingkat kepedasan yang tinggi. Selain itu penentuan tingkat kepedasan yang akurat berbagai jenis capsaicinoid juga sangat krusial dalam peningkatan produksi obat-obatan yang menggunakan zat capsaicin (Carmichael, 1991).Â
Daftar Pustaka :
Neuron. (2019, Augustus 20). How can we stand spicy food? [Video]. Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=Bfzh2Ph2Nsg&t=74s
Collins, A. D,. Wasmund, L. M., & Bosland, P. W. (1995). Improved method for quantifiying capsaicinoids in capsium using high performance liquid chromatography. Hort Science, 30(1), 137-139. https://doi.org/10.21273/HORTSCI.30.1.137
Gmyrek, D. P. (2013). Wilbur lincoln scoville: the prince of peppers. Pharmacy In History, 55(4), 136--156. http://www.jstor.org/stable/24632002
Wardhana, M. (2016). Role of neurotransmitter in skin immunity. Pychoneuroimmunology In Dermatology. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/10772dcb9d4628c154bf72d84712b328.pdf