Mohon tunggu...
Elsa SeptriaDarma
Elsa SeptriaDarma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Rasa Pedas atau Sensasi Panas?

24 November 2021   19:44 Diperbarui: 24 November 2021   19:49 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam buah cabai terdapat zat capsaicin yang menyebabkan rasa pedas pada cabai. Foto : jcomp (Freepik.com). 

Saat zat capsaicin pada cabai mengenai permukaan dari lidah, maka  Transient Receptor Potential Vaniloid One (TRPV1) akan segera menyampaikan rangsangan atas sensasi yang diterimanya ke bagian otak Cerebral Cortex yaitu Lobus Parietal. Setelah rangsangan diterima, otak akan menyampaikan ke seluruh anggota tubuh bahwa ada bagian tubuh yang mengalami "kebakaran" yang tidak lain adalah bagian mulut atau lidah yang terkena zat capsaicin saat memakan makanan pedas. Selanjutnya otak memerintahkan bagian dan organ tubuh untuk memberikan pertolongan atau reaksi otomatis dalam menanggapi sensasi panas dan terbakar untuk mengurangi rasanya. Oleh karena itu saat memakan makanan pedas, tidak jarang kita mengeluarkan keringat, ingus, bahkan air mata. 

Karena zat capsaicin menyebabkan TRPV1 mengirimkan sinyal panas atau terbakar pada Lobus Parietal yang diterimanya sebagai rasa sakit, maka otak juga akan mengirim sinyal pada bagian otak Hipotalamus yang berfungsi untuk mengendalikan produksi hormon oleh kelenjar pituitary. Kelenjar pituitary inilah yang mengeluarkan bahan kimiawi berupa hormon yang dibutuhkan oleh tubuh. Rasa sakit ini segera direspon dengan mengeluarkan neurotransmitter yang bernama hormon endorfin. 

Hormon endorfin berfungsi untuk mengendalikan rasa sakit dan menimbulkan perasaan senang. Selain itu Hipotalamus juga memerintahkan Kelenjar Pituitary untuk mengeluarkan hormon dopamine yang berfungsi untuk mengendalikan perasaan senang dan bahagia yang membuat rasa sakit dan panas yang dirasakan sebelumnya menjadi terasa lebih nikmat. Oleh sebab inilah banyak orang-orang yang ketagihan dengan rasa pedas. 

Scoville Organoleptic Test

Seorang apoteker sekaligus ahli kimia yang berasal dari Amerika Serikat bernama Wilbur Scoville, berhasil mengembangkan alat untuk mengukur tingkat kepedasan atau sensasi panas yang ditimbulkan oleh cabai pada tahun 1912. Alat tersebut bernama Scoville Organoleptic Test yang bekerja dengan mengukur berapa banyak zat capsaicin yang terkandung dalam cabai. Ia menciptakan satuan skala untuk mengukur tingkat kepedasan dalam beberapa jenis macam cabai, yang diberi nama Skala Scoville yang masih dipakai hingga saat ini. 

Pengaruh adanya alat untuk mengukur tingkat kepedasan sangat penting karena juga berhubungan dengan permintaan konsumen makanan yang tidak semuanya menyukai cabai dengan tingkat kepedasan yang tinggi. Selain itu penentuan tingkat kepedasan yang akurat berbagai jenis capsaicinoid juga sangat krusial dalam peningkatan produksi obat-obatan yang menggunakan zat capsaicin (Carmichael, 1991). 

Daftar Pustaka :

Neuron. (2019, Augustus 20). How can we stand spicy food? [Video]. Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=Bfzh2Ph2Nsg&t=74s

Collins, A. D,. Wasmund, L. M., & Bosland, P. W. (1995). Improved method for quantifiying capsaicinoids in capsium using high performance liquid chromatography. Hort Science, 30(1), 137-139. https://doi.org/10.21273/HORTSCI.30.1.137

Gmyrek, D. P. (2013). Wilbur lincoln scoville: the prince of peppers. Pharmacy In History, 55(4), 136--156. http://www.jstor.org/stable/24632002

Wardhana, M. (2016). Role of neurotransmitter in skin immunity. Pychoneuroimmunology In Dermatology. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/10772dcb9d4628c154bf72d84712b328.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun