Mohon tunggu...
Elsa Putri Hazzahra
Elsa Putri Hazzahra Mohon Tunggu... Psikolog - Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hukum Agama dan Perkembangannya dalam Buku Homo Sapiens

2 Juni 2024   16:38 Diperbarui: 2 Juni 2024   16:39 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: tribunnews.com

The Law of Religion

Agama merupakan sebuah sistim yang mengatur norma dan nilai bagi manusia, berlandaskan keyakinan terhadap tatanan yang lebih tinggi dari manusia. Aturan dalam agama bukan berasal dari tingkah laku manusia, melainkan ditetapkan oleh otoritas absolut dan tertinggi. Agama bukanlah produk dan hasil kesepakatan manusia. Agama pun tidak hanya menghadirkan aturan, tapi juga mengikat moral dan perilaku para pengikutnya berdasarkan tatanan yang dianggap suci dan berada di atas manusia. 

Kemunculan agama menjadi pemersatu terbesar ketiga, setelah uang dan imperium. Dikarenakan semua tatanan sosial itu sifatnya imajinasi, maka semuanya rapuh. Semakin besar masyarakat, maka akan semakin rapuh. Nah, peran penting histori agama itu adalah memberikan legitimasi supranatural kepada struktur-struktur yang rapuh ini. Agama menegaskan bahwa hukum itu bukanlah hasil kemauan manusia. Tetapi ditetapkan oleh otoritas absolut dan tertinggi. Ini membantu menempatkan setidaknya beberapa hukum fundamental di luar jangkauan perdebatan. Dengan demikian dapat memastikan stabilitas sosial. Untuk bersatu di bawah naungan dengan wilayah luas yang dihuni oleh kelompok manusia yang berbeda, suatu agama harus memiliki setidaknya 2 ciri. Pertama, ia harus menganut tatanan supranatural universal yang selalu benar dimana saja. Kedua, ia harus bersikeras menyebarkan kepercayaan ini kepada semua orang. Dengan kata lain, ia harus universal dan misionaris. 

Silencing the Lambs

Revolusi pertanian tampaknya membawa perubahan besar dalam kepercayaan manusia. Animisme, dimana manusia hidup setara dengan makhluk lain, mulai tergeser oleh agama politheisme dengan dewa-dewa yang berkuasa. Yang awalnya di animisme, manusia hidup berdampingan dengan makhluk lain dan harus mempertimbangkan pandangan serta kepentingan mereka. Misalnyasaja di Lembah Gangga, dilarang menebang pohon ara besar karena takut roh pohon ara itu marah dan balas dendam. Begitu pun dengan Lembah Indus yang melarang pemburan rubah ekor putih karena mereka percay rubah ekor putih pernah membantu sesepuh mereka. Lalu karena adanya revolui pertanian, para petani dan pengumpul merasa mereka tidak perlu dan tidak mungkin bernegosiasi dengan "barang milik" mereka sendiri. Perubahan ini menimbulkan masalah besar. Petani menginginkan kendali penuh atas ternak mereka, namun mereka tau kendali tersebut terbatas. Manusia butuh entitas yang kekuatan dan otoritasnya mencakup segalanya. 

Kemudian muncul lah politheisme yang artinya banyak dewa. Keberadaan dewa di sini menjadi solusi atas masalah tersebut. Singkatnya, dampak terbesar dari perubahan ini adalah pada status manusia. Dalam animisme, manusia hanyalah salah satu dari banyak makhluk di dunia. Dalam politheisme, manusia menajdi pusat alam semesta, dengan nasib mereka yang ditentukan oleh entitas di atas manusia. 

Daftar Pustaka:

Harari, Y. N. (2015). Sapiens: A brief history of humankind. Harper Perennial. [DOI: 10.1093/9780062376665]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun