Perbedaan pendekatan empiris dan normatif dalam pengamalan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah terlihat pada cara kedua ormas ini menyikapi persoalan keagamaan dan sosial.
Di bawah ini kami jelaskan perbedaan praktis kedua pendekatan tersebut dalam konteks NU dan Muhammadiyah.
 1.Pendekatan Empiris: Muhammadiyah
Muhammadiyah  cenderung menggunakan pendekatan eksperiensial dalam memahami ajaran agama dan realitas sosial. Pendekatan ini didasarkan pada penelitian rasional, ilmiah dan modern.
Muhammadiyah kerap menekankan pentingnya rasionalitas dan bukti nyata ketika merumuskan undang-undang dan keputusan.
Contoh : Penentuan awal bulan Ramadhan dan Idul Fitri : Muhammadiyah menggunakan metode Hisab (perhitungan astronomi) untuk menentukan awal bulan.
 Ini adalah pendekatan empiris karena menggunakan data ilmiah dan matematis untuk mengambil keputusan.
 Pendidikan dan Kemasyarakatan: Muhammadiyah fokus pada pengembangan dan kemajuan teknologi dunia modern, membangun sekolah, universitas, rumah sakit, dan lembaga sosial modern yang  berbasis  ilmu pengetahuan.
 2.Pendekatan Normatif: Nahdlatul Ulama (NU) NU cenderung menekankan pendekatan normatif ketika menangani persoalan keagamaan dan sosial.
 Pendekatan normatif mengacu pada ajaran yang bersumber dari teks agama (Qur'an, hadis, pendapat ulama) yang telah ditetapkan dan dianut secara turun temurun.
Contoh: Menentukan kapan memulai Ramadhan dan Idul Fitri: NU mengikuti tradisi lama dan menggunakan metode Lukat (melihat langsung hilal).
 Mereka menekankan pentingnya saksi visual dalam menentukan awal bulan sebagai bentuk ketaatan terhadap ajaran yang tertulis dalam syariat.
Tradisi Keagamaan: NU kerap mengadakan tariran, ziarah makam, dan praktik lain yang dianggap mengikuti tradisi dan ajaran Ulama Salaf.
Adat ini berdasarkan norma agama yang diwarisi  generasi sebelumnya dan diyakini masih dipertahankan hingga saat ini.
Kesimpulan: Muhammadiyah dengan pendekatan eksperiensial cenderung lebih terbuka terhadap perubahan, adaptasi, dan inovasi berdasarkan ilmu pengetahuan modern.
 NU melakukan pendekatan preskriptif, melestarikan tradisi dan mengikuti pedoman teks agama dan  ulama terdahulu.
 Kedua pendekatan ini menggambarkan perbedaan dinamika pemikiran dan praktik keagamaan  antara Muhammadiyah dan NU dalam konteks Islam  Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H