Mohon tunggu...
Elsa Arta Prayogo
Elsa Arta Prayogo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030003 UIN Sunan Kalijaga

Berkelana dan menulis untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Es Dawet Mbah Hari, Kuliner Legendaris yang Menggoda Lidah di Pasar Beringharjo Sejak 1965

10 Juni 2024   15:43 Diperbarui: 10 Juni 2024   15:48 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah keramaian dan sibuknya aktivitas Pasar Beringharjo, ada es dawet legendaris yang telah berjualan sejak tahun 1965. Es Dawet Mbah Hari, begitu orang-orang menyebutnya, sudah berjualan lebih dari 50 tahun lamanya. Lokasi berjualan es dawet ini terletak di gerbang utara Pasar Beringharjo. Sejak pertama kali berjualan hingga sekarang, Mbah Hari selalu menjajakan dagangannya di samping pintu masuk gerbang utara Pasar Beringharjo. 

"Selalu disini. Mboten (tidak) pindah-pindah. Kalau pindah, ndak pelanggan bingung." tutur Mbah Hari saat diwawancarai

Untuk menemukan lokasi berjualan es dawet ini, pengunjung bisa melewati gang kecil persis di utara Pasar Beringharjo. Pengunjung bisa berjalan sejauh 50 meter untuk menemukan pintu gerbang masuk. Mbah Hari berjualan lesehan tepat di samping pintu masuk. Mbah Hari berjualan ditemani oleh cucu lelakinya. 

Mbah Hari setiap hari saat berjualan dengan ciri khasnya selalu mengenakan kebaya tradisional kutu baru dengan motif bunga. Mbah Hari juga mengenakan kain batik coklat yang disebut jarik. Sebagaimana ciri khas Mbah Hari, selalu tersenyum ceria saat melayani pembeli. Mbah Hari yang berjualan ditemani cucu laki-lakinya, biasanya mulai dari pagi jam 10 hingga sore. 

"Kula (saya) jualan setiap hari. Mulai dari jam 10 sampai jam 3 sore." ujar Mbah Hari saat diwawancarai. 

Dalam melayani pembeli, Mbah Hari duduk di kursi yang di depannya terdapat meja pendek yang sejajar dengan lututnya. Diatas meja terdapat dua kendi yang terbuat dari tanah liat berwarna kecoklatan dengan beberapa goresan arang dibawahnya. Kedua kendi tersebut berukuran sedang, yang satu berisi santan dan satunya lagi berisi gula merah. Kemudian disamping kendi-kendi tersebut terdapat baskom besar yang berisi cendol, cincau, mutiara, ketiga bahan tersebut direndam dalam bongkahan es batu. 

Saat membeli es dawet ini, pembeli tidak bisa membungkus atau membawa pulang. Kebanyakan pembeli langsung minum es dawet tersebut di tempat. Mbah Hari menyediakan sekitar enam buah kursi di depan dagangannya untuk tempat duduk pelanggan. Kursi tersebut berukuran kecil dan pendek, untuk memudahkan Mbah Hari menyerahkan es dawetnya kepada pembeli. 

Antrian panjang biasanya dimulai dari sejak pukul sebelas hingga menjelang ashar. Di jam-jam tersebut, banyak pelanggan yang berebut kursi antrian untuk menikmati es dawet Mbah Hari. Pelanggan yang hendak memesan, bisa duduk di kursi kecil yang persis terletak di depan meja tempat Mbah Hari berjualan, kemudian pelanggan bisa memesan es dawet secara langsung. 

Pelanggan yang telah memesan, biasanya langsung dibuatkan pesanannya. Mbah Hari langsung meracik bahan-bahan es dawetnya, yakni berupa santan, gula merah, cendol, dan cincau dalam mangkuk berukuran kecil. Pelanggan bisa langsung menikmati es dawet tersebut, bahkan bisa menambah jika ingin, dengan menggunakan wadah yang sama. Es Dawet ini dijual dengan harga Rp7.000 rupiah. Sedikit lebih mahal jika dibandingkan beberapa es dawet di Jalan Malioboro yang dijual dengan harga Rp5.000 rupiah. 

Meski dengan harga lebih mahal dari yang lain, es dawet Mbah Hari dinilai unik dan punya daya tarik tersendiri, selain karena sudah berjualan sejak lama, es dawet ini punya cita rasa khas yang menggoda pelanggan. Terlebih Mbah Hari berjualan di Pasar Beringharjo yang ramai lalu lalang orang berbelanja. Ketika orang-orang sudah lelah berbelanja, mereka akan mencari minuman yang segar untuk dikonsumsi. Dan es dawet Mbah Hari menjadi pilihan yang tak tergantikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun