#1
Untuk kerajaan antah berantah
Tanpa raja, pula tak beraturan
Kala gerimis membasahi buminya
Mata-mata melotot, kaki beranjak hendak berperang
Menyandang pedang hendak menumpahkan darah
Darah sesiapa yang beradu beda
Beda paras, pula riwayat
Riwayat yang mereka sebut-sebut sebagai bukan kita
#2
Dan gerimis pun jadi hujan
Deras
Melumpuhkan kerajaan tak bertuan
Tuan sedang dilanda gundah
Gegabah
Bimbang dan nyaris mati
#3
Lalu..
Angin sepoi melewati kisi-kisi kerajaan antah berantah
Mulut-mulut berteriak menolak barangsiapa yang menjaring angin
Angin yang disebut-sebut sebagai aset kerajaan
Yang akan membawa mereka pada kekuasaan
Kekuasaan di atas kursi busa yang tengah digerogoti tikus
Tikus yang tak tahu malu
Tikur berjiwa pemberani
Berkaki enerjik
Bermata juling tapi jeli
Kursi itu juga lapuk, rawan ambruk
#4
Lalu angin jadi badai yang mengamuk
Badai tak berayah
Ayah sedang sibuk
Mencari palu lalu paku
untuk membaiki kursi kerajaan antah berantah
Tak ada.
Ayah menemukan obat pembunuh tikus
Tapi tikus pandai bekerjasama
Bermain mata dengan ayah
Lalu ayah hanya tersenyum
Menyimpan kembali racunnya
Ia kembali duduk
Nonton televisi untuk berita kesayangan
Tentang kursi yang sudah lapuk
Pula digerogoti tikus dan dipenuhi kecoak
Ayah lelah
Lalu tertidur lelap
Tanpa sang bunda membangunkan
Padahal kerajaan antah berantah
Sedang runtuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H