Pragmatik merupakan salah satu cabang dari semiotika. Semiotika merupakan suatu ilmu yang mempelajari bahasa verbal, lambang, simbol, tanda, serta rujukan dan maknanya dalam berkehidupan sosial. Pragmatik mempelajari hubungan antara bahasa dan konteks, serta hubungan antara penggunaan bahasa dan penuturnya. Pendekatan pragmatik menerima bahasa itu sendiri dan membuat asumsi tentang cara berkomunikasi dan berbicara dalam kondisi penggunaan bahasa yang pada dasarnya ditentukan oleh situasi atau konteks sosial yang mendasarinya. Levinson mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan konteksnya.
Mempelajari pragmatik dalam kehidupan sehari-hari sangat penting untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Pragmatik mengacu pada studi penggunaan bahasa dalam konteks, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti niat pembicara, interpretasi pendengar, dan latar belakang sosial dan budaya.
Salah satu bentuk suksesnya percakapan dalam perilaku berbahasa adalah dengan melalui tindak tutur yang sesuai ketika diwujudkan antara penutur dengan mitra tutur. Seorang individu yang memiliki pengetahuan pragmatik tentunya dapat menyantuni dalam mengarahkan interaksi sosial dengan memahami tidak hanya makna literal dari kata-kata, namun juga makna implisit, maksud, dan konteks sosial dari komunikasi itu sendiri. Hal ini juga termasuk mengetahui kapan dan bagaimana untuk memulai atau mengakhiri suatu percakapan, cara mengungkapkan pendapat, dan cara menyesuaikan gaya komunikasi dalam berbagai situasi sosial.
Keterampilan pragmatik untuk mengkomunikasikan ide dengan jelas agar dapat memahami lawan bicara sangatlah penting. Seorang individu dengan pengetahuan pragmatis dapat menyesuaikan gaya komunikasi mereka dengan audiens yang berbeda serta memahami konteks dalam berbagai situasi sosial.
Aspek-aspek yang berkaitan dengan penggunaan bahasa ditinjau dari segi fungsional merupakan ciri penting dalam kajian ilmu pragmatik. Apabila menggunakan bahasa yang relevan dalam suatu situasi atau konteks sosial, penutur perlu menguasai kajian ilmu pragmatik. Hal ini dilakukan untuk membangun prinsip kerjasama dan kesantunan dalam proses komunikasi agar tujuan komunikasi dapat tercapai dan menghindari kesalahpahaman antar dengan mitra tutur atau lawan bicaranya.
Secara singkat, mempelajari ilmu pragmatik untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari akan meningkatkan kemampuan seorang individu untuk dapat berkomunikasi secara efektif, menjalin hubungan positif dengan lawan bicara, serta membantu dalam mengarahkan interaksi sosial dalam berbagai situasi menjadi komunikasi yang positif. Karena itu, ilmu pragmatik menjadi elemen penting dalam keterampilan berbahasa.
penulis: Elsanita & M. Rohmadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H