Lahan basah adalah ekosistem yang berlimpah sumber daya alam dan memberikan banyak manfaat bagi lingkungan dan manusia. Salah satu lahan basah yang menarik perhatian adalah Liang Anggang.
Pada saat melakukan penelitian lahan basah di Liang Anggang, saya di sana mewawancarai dua responden yakni warga sekitar yang memang berpengalaman dalam menjaga ekosistem di Liang Angang tersebut.
Responden saya yang pertama bernama Ibu Ekawati yang berumur 32 tahun. Beliau memilih bertani karena ekonomi beliau tidak memadai jika ingin melanjutkan pendidikan.
Ada 2 pertanyaan yang saya tanyakan kepada ibu Eka ini, yaitu jenis tanaman apa saja yang dapat dilestarikan di setempat, dan apakah wilayah setempat pernah mengalami kekeringan?
Ibu Eka menyebutkan tanaman tanaman yang dilestarikan banyak berupa tanaman hijau seperti kangkung, sawi, kacang panjang dan sejenisnya.
Pertanyaan kedua beliau menjawab bahwa kekeringan itu sudah tidak asing bagi warga setempat, dan tidak jarang juga lahan mereka kebanjiran jika musim hujan datang. Kondisi tersebut sangat mempengaruhi ekonomi warga sekitar karena mereka harus menjaga kelembaban tanaman mereka dengan menyiramnya setiap saat dan harus dikontrol terus menerus, jika tidak mereka tidak akan mendapatkan hasil dari yang mereka tanam.
Responden saya yang kedua bernama Ibu Anita yang berumur 31 tahun. Beliau juga bertani sekaligus jadi pedagang.
Sama dengan ibu Eka, saya menanyakan dua pertanyaan juga yaitu, Bagaimana cara mengatasi permaslahan yang ada di wilayah setempat, dan apakah potensi di lingkungan lahan basah telah membantu ekonomi warga setempat?
Sama halnya dengan jawaban dari ibu Eka, cara mengatasi kekeringan lahan akibat kemarau itu harus selalu dikontrol dan disiram agar tidak layu bahkan mati.
Potensi di lingkungan lahan basah tersebut sangat banyak membantu warga sekitar karena mereka dapat memperjual belikan hasil yang mereka panen.
