Mohon tunggu...
Elsa Mardianita
Elsa Mardianita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

on lagi :D\r\n

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tertimpa Musibah Pertanda Banyak Dosa?

21 Februari 2012   08:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:23 1739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aneh ya, kok bisa berpikiran seperti itu?"

Suatu bentuk keherananku muncul ketika mengunjungi  kerabatku disuatu daerah,aktu saya menginap disana, ada saudara kerabatku yang terkena pencurian, ternak ayamnya banyak yang hilang, ketika itu masih pagi, karena letak rumahnya bersebelahan dengan kami, jadi kami mendengar suara gaduh dari sebelah dan segera menghampirinya.

Kerabatku pun menanyakan apa yang terjadi, setelah mereka menceritakan kejadian pencurian itu lengkap dengan memberitahu jalan masuk pencuri yang merusak pagar bambu, mereka kemudian berkata, "mohon jangan diceritakan ke orang lain,", ujarnya, kerabatku pun mengiyakannya.

Aku yang keheranan pun lantas menanyakan mengapa kok tidak dilaporkan kasus seperti ini, setidaknya ke pak RT, agar warga yang lain bisa lebih berjaga-jaga terhadap  pencurian selanjutnya, kerabatku menjawab, 'stigma disini memang seperti itu, kalau orang terkena musibah seperti terkena pencurian, mereka menganggap bahwa itu adalah buah dari dosanya, jadi mereka malu jika hal yang dianggap aib ini terdengar banyak orang, sehingga cenderung ditutupi," aku yang mendengar sangat heran mengapa mereka bisa berpersepsi seperti itu.

Kerabatku pun menceritakan, didaerah itu jika ada orang sakit dan tidak kunjung sembuh, itu juga dianggap bahwa si sakit dan keluarganya memiliki banyak dosa, dan itu menjadi pergunjingan terselubung di keluarga lain, bahwa orang yang sakit itu tertimpa musibah karena dosa-dosanya, sehingga jika ada orang yang sakit, keluarganya cenderung menutupi, tapi jika ada yang mendengar dan mencoba menanyakannya, mereka pun menceritakan  dengan raut muka malu, karena merasa dianggap banyak dosa sehingga musibah menghampirinya.

Atau juga, jika salah seorang anggota keluarga mengalami suatu kecelakaan, pasti akan disangkut pautkan dengan tindak-tanduk bapak atau ibunya, yang dianggap bahwa kecelakaan itu terjadi karena akibat ulah orang tuanya yang banyak dosa, sehingga anaknya yang menanggung. Pemikiran yang aneh menurutku.

Daerah itu merupakan daerah kecil yang tingkat perekonomian daerahnya masuk kategori miskin,  sedangkan detil letak daerahnya, saya tidak berkenan menjelaskannya, untuk menjaga adanya hal yang menyangkut sara.

Terlepas dari pengaruh latar belakang dan kondisi sosial disana yang terjerat  stigma bahwa "tertimpa musibah pertanda banyak dosa", mungkin banyak dari kita yang berbeda latar belakang juga memiliki paham yang sama, meski tidak seekstrim golongan masyarakat yang saya ceritakan diatas, dan pendapat saya yang menganggap aneh hal seperti itu, mungkin menurut pendapat orang lain bukanlah merupakan hal yang aneh, tapi memang ada dasar yang mempengaruhi munculnya stigma seperti itu.

Tapi saya pikir, tidaklah etis menganggap atau menuduh musibah yang didapat orang lain merupakan buah dari dosanya, apalagi merasa berhak menghakiminya dengan menggunjingkan dan mengkaitkan aib-aib orang yang dianggap sebagai dosa itu dengan musibah yang didapatnya,

bagaimana jika kita sendiri yang mengalami musibah itu? apakah kita juga akan terpengaruh stigma itu, sebut saja kita atau keluarga kita ada yang sakit, jika pola pikir kita merasa bahwa ini adalah cerminan atas banyaknya dosa kita, pastilah akan berpengaruh pada spikologis kita, dan tentu saja berimbas pada proses penyembuhan yang bisa-bisa malah memperparah penyakit itu sendiri.

Apalagi, ditambah dengan pandangan negatif orang lain mengenai musibah yang kita alami, pasti akan membuat kita semakin terpuruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun