Ngomongin menikah muda, saya jadi teringat dengan tayangan ditelevisi yang membahas masalah nikah muda, disitu ada sepasang suami istri yang menikah di usia yang boleh dibilang muda banget, yang wanita 16 tahun dan yang pria 19 tahun. Terus yang pria itu ditanyain, mengapa koq berani menikah muda? padahal si wanita masih sekolah dan si priapun masih serabutan kerjanya, si pria ini menjawab "saya takut dia direbut orang". Owh..ternyata landasan utama dia ingin cepat-cepat menikah karena takut si wanita direbut orang, hehe, padahal menurut saya, menikah itukan perlu landasan yang kuat ya, bukan hanya karena cinta saja, tapi harus dipikirkan hal-hal lainnya seperti penghasilan dan juga kesiapan mental. Tapi semoga saja mereka akan terus baik-baik saja, amin. Nah selain karena takut direbut orang, beberapa alasan yang kerap saya dengar ketika seseorang memutuskan menikah muda (usia 21 tahun kebawah) itu karena beberapa hal, yang pertama : karena terpaksa menikah atau MBA (married by accident), biasanya ini karena pacaran gaya bebas sehingga hamil duluan. yang kedua : karena mengikuti atau terpengaruh paham-paham ajakan menikah muda untuk menghindari zina/pacaran, biasanyayang mengikuti gaya seperti ini adalah mereka yang ingin menjalankan ajaran agama dengan kaffah meskipun masih kuliah. yang ketiga : karena budaya atau tekanan sekitar, misalnya pada daerah-daerah tertentu yang memiliki adat menjodohkan anak sejak kecil, dan besar sedikit langsung dinikahkan. yang keempat : menghindari cap perawan tua. Ini agak sensitif sih, biasanya didaerah-daerah pelosok, menganut prinsip lebih baik berstatus menikah walaupun dengan datuk datuk daripada memiliki stempel/cap perawan tua, karena cap ini bagi sebagian orang dianggap memalukan. Apapun alasannya, jalan pernikahan sudah dimulai. Dan suka duka dalam mengarungi pernikahan mau tidak mau harus dijalani, dan tentu saja ada resiko disetiap keputusan yang diambil dalam hidup termasuk untuk menikah muda. Berikut suka duka menikah muda menurut versi saya : Sukanya : 1. Bisa pacaran setiap hari dan tidak was-was digrebeg hansip. 2. Karena sudah halal dan tinggal serumah, tidak tersiksa lagi dengan perasaan rindu yang menggebu. 3. Bisa bermain bersama setiap hari (kan masih amat sangat muda), hangout bareng, main gundu, main layangan, pokoknya bermain bersamalah. 4. Kalau langsung punya anak, dan anaknya ntar sudah gede, dikira adek kakak, jadi merasa awet muda terus. Dukanya : 1. Sudah milik orang, sehingga gak bisa lirik-lirik lagi, eh..maksudnya karena sudah berstatus menikah, jadi repot mau hangout bareng teman, karena sudah ada yang melarang-larang. 2. Apalagi kalau sudah punya anak, pasti repot banget membagi waktu antara bermain/ kuliah (yang kuliah) dan mengurus rumah tangga, atau istilahnya kehilangan masa mudanya. 3. Apalagi kalau penghasilan masih pas-pasan, pasti tambah repot untuk mengatur jalannya roda perumahtanggaan, misalnya nih : istri : Pipi, susu adek habis, trus tagihan listrik belom dibayar tiga bulan, belom lagi biaya kuliah mimi, dan bulan ini mimi belom beli baju satupun, masa kuliah bajunya itu-itu aja, malu pi *sambil berlinang air mata suami : Mimi sayang, sabar ya...pipi lagi usaha kecil-kecilan nambah pemasukan, mimi bisa kan hidup prihatin? *sambil kedip-kedip mata menahan tangis istri : Sampai kapan kayak gini pi, kemarin mimi main kucing-kucingan sama orang, cape pi... Suami : Kalau cape ya istirahat mi, emang main kucing-kucingan sama siapa sih? istri : penagih utang! suami : OoooooO 4. Menjadi bangsa nomaden. Biasanya sebagian besar yang menikah muda, si suami belum mapan benar (baca : belum punya rumah sendiri), jadi tinggalnya masih berpindah-pindah dari rumah mertua yang satu kerumah mertua yang lain. Kalau jauh dari mereka, biasanya ngontrak atau cari kos-kosan, sehingga repot boyongan kesana kemari. Capek kan. 5. Sulit berkembang. Meskipun menikah bukanlah mengikat aktifitas kita, tapi dengan menikah di usia yang relatif muda, mau tidak mau prioritas kita jadi terpecah, sehingga hal ini bisa saja menghambat cita-cita dan bisa saja apa yang diinginkan tidak kesampaian alias mendeg jegreg karena sulit fokus kembali. 6. Biasanya sih, di usia yang masih muda, organ fisik masih belum matang, ditambah dengan psikologis yang belum mantap/stabil, sehingga hal ini bisa berdampak kurang baik pada fisik maupun psikis pelaku nikah muda/dini. Nah, sekarang bisa dibandingkan, banyak sukanya apa dukanya, atau bisa gak menjalani hal-hal yang diluar kapasitas sebagai anak muda yang seharusnya belum pada tahap tanggungjawab dalam pernikahan . Tapi semua tergantung pelakunya juga, jika merasa mampu ya silahkan saja, namun dari sini yang patut digarisbawahi adalah bahwa sekarang bukan lagi jaman siti nurbaya, kita punya kendali atas diri kita sendiri, kita yang memiliki kuasa atas keputusan apa yang akan kita ambil dalam hidup kita, termasuk persoalan menikah. Sehingga, kita bisa menentukan prioritas hidup kita, apakah saat ini sudah saatnye menikah atau tidak, bukan karena kondisi yang memaksa kita untuk menikah, apalagi dikemudian hari akan merasa menyesal karena salah keputusan dalam menentukan jalan hidup, jadi think smart lah sebelum bertindak, OK.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H