Mohon tunggu...
Elsa Mardianita
Elsa Mardianita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

on lagi :D\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Poligami Dimata Saya

12 Agustus 2012   06:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:54 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan berniat untuk berpolemik, tapi ini buah dari perenungan saya, entah hanya berdasar perasaan semata, atau memang berpikir jauh kedepan, tentang rasa sakit yang akan saya tanggung jika saya menikah nantinya, suami berpoligami, dan membayangkan suami bermesraan dengan wanita lain, duh, hati saya mungkin tidak akan sanggup mengelabui betapa sakitnya wanita diduakan.

Ya, saya tidak menentang konsep poligami, karena saya meyakini, konsep ini lahir sebagai rumusan yang ideal bagi kondisi yang terjadi pada saat itu, meski seiring dengan menuanya zaman, banyak manusia yang menghianati konsep poligami,  istilah halusnya, mengambil kedok poligami, tapi tidak melihat aturan berpoligami itu yang bagaimana, seperti menikah tanpa diketahui istri, sehingga  kemuliaan poligami menjadi jatuh, karena ulah manusia-manusia semacam ini, dan jika akhirnya, banyak pandangan sinis mengenai poligami, itu tidak lain karena melihat fakta yang ada, meski sejatinya, fakta-fakta itu merupakan bentuk penyalahgunaan dari konsep poligami ini.

Dan sebagai wanita, entah mengapa, ketika saya melihat berita poligami, baru-baru ini artis Dik Doang yang melakukannya, pikiran saya langsung tertuju pada istri pertamanya, meski berita yg beredar bahwa istri pertamanya ini mengiklaskan suaminya menikah lagi, tapi yang saya terka dilubuk hatinya, pastilah rasa sakit itu ada, tapi entah ya, ini hanya terkaan saja, hanya mencoba merasakan jika saya berposisi sebagai dia, pastilah hancur hati saya, melihat suami tercinta membagi cinta dengan wanita lain.

Memang, saat ini saya belum bersuami, mungkin tidak terlalu tahu rona-rona suka duka berumahtangga, dan tidak begitu mengetahui secara pasti, apa kebutuhan mendasar dari suami, dan alasan wanita lain, menerima dipoligami, tapi ini hanya sudut pandang saya sebagai wanita, yang hanya dilatarbelakangi oleh perasaan dan mungkin ego, bahwa cinta suami saya nantinya, haruslah untuk saya semata, No men or women between us.

saya pernah mendengar cerita, ketika si istri sakit atau tidak bisa melayani suami, maka suami boleh saja berpoligami, tapi ketika kisah itu berbalik posisi, dimana si suami sakit, maka istri harus dengan sabar merawat suaminya, saya jadi bertanya, apakah posisi lelaki begitu mulianya, dan dimana mata hatinya, tatkala  si istri sakit, sedang dia enak berpelukan dengan wanita lain, duh...meski keduanya saling ikhlas, tapi kok, saya melihat itu hal yang kurang manusiawi, seperti bentuk penjajahan pria terhadap wanita.

Mungkin saya kurang memahami hakikat berpoligami, atau keimanan saya masih tipis, sehingga belum sampai pada tahap ikhlas terhadap hal-hal yang diperbolehkan dalam agama saya, tapi ya inilah curahan hati saya, sebagai wanita yang memandang sesuatu selalu melibatkan perasaan, dan seharusnya para lelaki tahu, kalau wanita sangat dominan diperasaanya, jadi jika mereka benar-benar mencintai pasangannya, maka mereka akan berhati-hati untuk tidak mengusik atau melukai perasaan pasangannya.

Jadi bagaimanapun tingkat keimanannya, saya pikir wanita juga berhak untuk menolak dipoligami.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun