Mohon tunggu...
Elly Maria Silalahi
Elly Maria Silalahi Mohon Tunggu... profesional -

I'm a woman who wants to live in peace among different tribes, races and religions. cause the differences were created by God will lead the beauty of harmonization in the earth

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Susahnya jadi Backpakers di Indonesia

12 Agustus 2014   00:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:47 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Wisata ala Backpaker artinya wisata dengan ransel dengan jalan-jalan hemat dengan fasilitas minim. Sejak bergabung dengan Back Paker Indonesia (BPI) asuhan Om Dap, kaki ini terasa gatal ingin pergi menjelajah terus. Jelajah pertama ke arah Sumatera Utara dan Jambi, jelajah ke dua ke Singapore, jelajah ke tiga Surabaya-Malang-Jogya-Magelang-Semarang. Jelajah keempat rencananya mau ke Thailand. Ingin sekali mengeskplore kota-kota Timur Indonesia seperti NTT, Kupang dan Papua bahkan ke Timor Leste. Kalau soal jalan-jalan sih dari kecil dah biasa melalang Indonesia, tapi karena dulu sama ortu artinya fasilitas terjamin. Tapi sejak menjadi backpaker mencoba jalan ala backpakers, ternyata sensasinya luar biasa. Meski usia sudah tidak muda lagi, tapi semangat mengekplor kota di jalani ga kalah sama yang muda.

Menjadi seorang backpaker bukan hanya asal sekedar jalan tanpa planning. Setiap akan melangkah para backpakers akan mencari info tentang daerah yang akan di jalani, transport apa yang termurah dan akomodasi mana yang murah, dimana tempat cari makan, dll.  Salah satu taktik penghematan akomodasi ialah dengan jalan malam sehingga tidak perlu sewa kamar Hotel/Hostel atau menginap di Airport. Misalnya dengan bus atau kereta malam sebagai tempat untuk tidur, atau ambil flight tengah malam ke luar negari yang sudah tentu murah plus nginap di Airport...cuman untuk ini harus hati-hati bila di luar negeri, sebaiknya keluar imigrasi dulu baru nginap karena kalau lama di dalam bandara bisa-bisa di introgasi di kantor imigrasi bandara dengan wajah petugas yang sangar. Ingat pengalaman menghemat biaya Hostel, memutuskan nginap di Changi Airport dan sudah tentu kucing-kucingan dengan pihak imigrasi.

Di luar negeri, fasilitas untuk backpakers cukup memadai, mulai dari akomodasi yang share bed dan bathroom seperti yang terdapat di Hostel dan public transportation yang nyaman baik di kota atau ke tempat wisata. Di Indonesia hal ini susah sekali, kalau kita mau wisata berarti harus mengeluarkan uang banyak untuk Hotel dan Transport.

Hostel menjadi tempat favorite para backpaker, dimana tidak perlu menyewa satu kamar hotel tapi cukup menyewa satu tempat tidur. Satu kamar bisa ditempati 6 atau 8 orang bahkan ada yang sampai 20 orang. Tentunya dengan kamar mandi bersama. Namun biaya penginapan di Hostel apalagi dengan breakfast ala amerika yaitu kopi dan roti ditambah telor rebus dan buah, cukup menghemat dana. Di Indonesia tempat wisata yang paling banyak di kunjungi orang seperti Bali dan Yogya saja minim sekali fasilitas seperti hostel, setiap wisatawan harus menyewa hotel untuk berdua padahal kalau dia hanya sendiri itu termasuk pemborosan.

Public Transportation, di semua daerah Indonesia, belum mempunyai transportasi umum yang nyaman dan bersih. Sedikit pengecualian untuk Commuter Line di  Jakarta. Sehingga sulit bagi bacpakers manca negara untuk mengunakan transportasi ini, karena selain tidak nyaman karena supir yang ugal-ugalan belum lagi ada copet, juga terkadang kotor.

Transportasi murah ke area wisata ini lebih parah, selain jarang yang ada fasilitas ini maka para backpakers harus sewa mobil yang harganya sekitar 300 ribu per hari untuk mencapai area wisata dan konsep ini berbeda dengan konsep para backpakers. Belum lagi tiket wisata yang kalau dihitung dari harga tiket dan fasilitas tidak seimbang.

Apa sih untungnya negara yang menerima backpakers yang punya dana terbatas? Bila dilihat dari segi pariwisata, maka kedatangan 1 orang backpaker akan mendatangkan jutaan backpaker karena backpaker mempunyai komunitas lokal dan internasional, segala sesuatu innformasi yang di dapat akan di share ke teman-teman backpakers lainnya, tentunya saja yang datang bukan hanya backpaker dengan dana terbatas tapi akan mendatangkan wisatawan lainnya yang berduit. Sudah pasti akan mempengaruhi pendapatan Hotel dan Restaurant setempat. Belum lagi lagi akan meramaikan jalur udara dan darat dari dan ke tempat area wisata.

Pihak Dinas Pariwisata perlu memfasilitasi para wisatawan dengan fasilitas public transportation yang memadai bukan hanya untuk turis domestik tapi juga turis mancanegara. Kita bisa lihat negara tetangga yang pendapatan dari turis dapat membiayai biaya rutin negara. Perbanyak Hostel-hostel dengan standar internasional. Perbaiki transportasi darat, udara dan laut sehingga siapapun bisa melakukan perjalanan wisata dengan murah. Biaya pesawat murah tanpa bagasi merupakan pilihan favourite. Fasilitas ini dapat juga memperbanyak para backpaker lokal, karena bukan halangan biaya lagi untuk merencanakan suatu wisata. Jangan jadikan wisata jadi barang mahal tapi jadikan wisata biaya murah yang yang dapat dijangkau orang.

Seorang backpaker selalu rindu mengangkat ransel, memakai sepatu ketz dan topi...siap untuk berpetualang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun