[caption id="attachment_170537" align="aligncenter" width="450" caption="(goegle.com)"][/caption] Puluhan kader dan simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Cabang Sukabumi, Minggu, menggelar unjuk rasa menolak "Valentine Day" (hari kasih sayang) yang biasanya dirayakan pada setiap tanggal 14 Februari. Massa yang menggelar aksinya di depan Alun-Alun Kota Sukabumi dengan membawa spanduk yang bertuliskan bentuk penolakan perayaan Valentine itu tidak hanya diikuti, melainkan juga para pelajar yang tergabung dalam Lembaga Dakwah Sekolah (LDS). "Perayaan valentine bukan budaya Islam dan kami menolak keras perayaannya. Selain itu, pemerintah setempat harus melarang kegiatan Valentine," kata Humas HTI Sukabumi, Dadun Abdul Manaf. Selain itu, dalam wawancaranya dengan wartawan, Valentine Day kerap dijadikan alasan oleh pasangan yang bukan muhrim untuk melakukan kegiatan yang melanggar susila. Bahkan, di hari itu biasanya ada kegiatan yang sangat merusak moral agama dan negara seperti seks bebas. "Di hari itu juga banyak yang merayakan dengan cara melakukan seks bebas dengan pasangannya yang bukan muhrim yang sebelumnya mereka berpesta dengan cara minum minuman keras," tambahnya. Selain itu, pihaknya juga mengimbau kepada pemerintah jangan membiarkan "Valentine" dilaksanakan karena akan merusak moral anak bangsa dan agar remaja Islam menggiatkan kegiatan yang sesuai dengan ajaran Islam. Membaca berita ini membuat keningku berkenyit, separah itukan pandangan terhadap hari Valentine yang orang bilang hari Kasih Sayang? Apa tidak terlalu di dramatisir? Saya bukan orang yang mendewakan hari Valentine. tapi setidaknya bisa mencoba melihat sesuatu yang lain. Terlalu gegabah kalau mengatakan bahwa banyak yang merayakan dengan seks bebas dengan bukan muhrimnya, berpesta dan minum keras. Kalau beberapa orang menjalankan hal itu mungkin benar bahkan ditambah narkoba lagi, tapi mereka melakukan itu bukan karena hari Valentine, tapi memang itu pola hidup dan style hidup mereka. Bahkan bukan hanya hari Valentine saja mereka begitu. di bulan puasapun hal itu mereka lakukan. Jadi janganlah megeneralisir bahwa banyak. Berapa banyak sih manusia Indonesia yang mampu berpesta pora dengan minum-minuman keras bahkan dengan narkoba? Perayaan Valentine bukan budaya Islam, juga bukan budaya Kristen, budaya Budha, budaya Hindu bahkan Kong Hu Cu, tetapi yang tepat Bukan Budaya Timur. Jadi jangan kaitkan dengan budaya satu agama, seolah-olah mengatakan tuh Valentine budaya Kristen, atau Budaya Budha atau Budaya Hindu. Bukan hanya Islam yang menolak, para penganut kharismatik agama Kristen, Budha dan Hindu juga menolak. Kalau kita bicara soal agama berarti bicara akan dogma atau ajaran. Saya tidak pernah tahu satu agamapun yang mengdogmakan Valentine adalah perayaan atau ajaran suatu agama. Bila orang memaknai Valentine hanya sebatas hari kasih sayang, dan tidak melanggar norma-norma yang ada, baik itu norma agama dan norma sosial, maka itu tidak salah dan tidak dosa, karena itu bukan dogma suatu agama, itu hanya suatu hari yang mengingatkan kita akan orang kita kasihi. Makna kasih sayang itu universal, bukan hanya kasih sayang lelaki dan perempuan, tapi kasih sayang antar manusia, antar orang tua dan anak, antar teman, antar saudara. Jadi terlalu sempit pandangan yang menyatakan valentine adalah perayaan seks bebas. Apakah kita melarang seorang anak memberi kartu ucapan valentine kepada ibunya? Atau melarang seorang murid memberikan bunga kepada gurunya? Atau seorang teman memberikan coklat kepada temannya? Jadi para kader dan simpatisan HTI atau LDS jangan terlalu gegabah dan terlalu mendramatisir akan perayaan Valentine, selama kegiatan itu dapat diawasi dan sesuai moral adat ketimuran, maka tidak akan merusak moral anak bangsa. Banyak hal yang perlu diperhatikan adalah masalah akhlak dan moral anak muda, bukan hanya pada hari Valentine saja, tetapi setiap saat. Kalau mengimbau remaja Islam menggiatkan kegiatan yang sesuai dengan ajaran Islam, itu bagus sekali, justru itulah yang harus dilaksanakan, bukan dengan mendemo atau menggelar unjuk rasa seperti itu, bahkan secara tidak sadar para kader atau simpatisan memberitahu bahwa eh banyak loh yang melakukan seks bebas, mungkin saat ini para pelajar atau simpatisan ikut saja mendemo, tapi pada kesempatan lain tidak menutup kemungkinan justru merekalah yang melakukan seks bebas. Jadi ajarilah dengan pandangan terbuka tidak terlalu sempit menilai hari Valentine, justru dapat dimaknai dalam bagaimana cara yang tepat dalam berkehidupan beragama. Ibaratnya janganlah menyalahkan baju yang dipakai, padahal tubuh yang tidak sesuai model atau ukuran. Jangan lebay ah......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H