Mohon tunggu...
Elly Maria Silalahi
Elly Maria Silalahi Mohon Tunggu... profesional -

I'm a woman who wants to live in peace among different tribes, races and religions. cause the differences were created by God will lead the beauty of harmonization in the earth

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ketika Seorang Anak Enggan Tinggal di Rumahnya Sendiri (Kasus Kaburnya Ruspita Sari Siahaan)

29 Januari 2012   06:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:20 2040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_166962" align="aligncenter" width="620" caption="admin/FX Ismanto (Tribunnews.com)"][/caption]

Ketika seorang anak sudah enggan tinggal bersama orang tua kandungnya? Kasus Ruspita Sari Siahaan yang kabur ke Sorong-Papua membuat penulis terenyak. Terlepas dari kasus hukum, penulis ingin melihat dari sisi pengasuhan anak. Vita, demikian panggilannya adalah seorang anak usia 13 tahun yang sejak kelas 4 SD sudah tidak disekolahkan oleh orang tua kandungnya dan bekerja sebagai figuran iklan atau sinetron ini, merasa tidak nyaman dan tidak suka tinggal bersama orang tua kandungnya dan lebih memilih tinggal di Bunda Maya yang disebut bunda angkatnya (mungkin dari segi hukum adopsi belum jelas), yang tidak ada hubungan keluarga dengannya. Mengapa  seorang anak merasa nyaman tinggal di rumah orang lain? Ada kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi di rumah orang tua kandunnya, yaitu kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani berupa sandang, pangan dan papan yang tidak terpenuhi. Kebutuhan rohani seperti kasih sayang dan pendidikan. Lalu apakah kita harus menyalahkan orang tua dengan kondisi ekonomi yang morat marit? Vita sebagai remaja sudah mengenal apa itu enak dan tidak enak, apa itu suka dan tidak suka, apa itu kaya dan miskin? Pendidikan adalah hak seorang anak dan itu mutlak, sedangkan orang tua tidak sanggup menyekolahkan? Tetapi mengapa Vita masih bisa menjadi figuran yang notabene dapat paling tinggi 50 ribu rupiah per hari? Sebagai perbandingan, saya punya tetangga seorang remaja putra yang tetap bisa sekolah, padahal setiap hari dia membantu orang tuanya dengan memugut sampah lingkungan perumahan. Bila dilihat dari kondisi keuangan jelas tetangga saya lebih miskin bahkan hanya tinggal di pinggir kali. Kalau hanya masalah sekolah seharusnya tidak menjadi persoalan, orang tua Vita bisa meminta surat keterangan tidak mampu maka Vita dapat sekolah gratis di sekolah negeri manapun. Yang menjadi kegundahan hati saya, kenapa  kalau ada syuting Vita malah diijinkan? Apakah orangtuanya memperkerjakan Vita? Lebih mengutamakan syuting sinetron dari pada sekolah?

13278175331532356759
13278175331532356759
Sebagai remaja yang tinggal di lingkungan kota Jakarta tentu berbeda dengan remaja yang tinggal di desa. Remaja kota sudah tahu adanya hang out, jalan-jalan dan belanja di Mall dsb. Lalu apa yang terjadi pada Vita? Kondisi ekonomi keluarganya membuat dia tidak bisa menikmati semua itu, tidak seperti teman-temannya yang lain. Bahkan mungkin dari segi materi Vita sedikit terpenuhi dari orang tua angkatnya, hal itulah yang membuatnya merasa nyaman tinggal bersama orang tua angkatnya. Pertanyaannya adalah sampai kapan Bunda Maya, sebagai orang tua angkat dapat memenuhi kebutuhan Vita?
1327817567584952971
1327817567584952971
Dalam pernyataan Vita diinfotaiment dan berita, bahkan Vita sering dipukul dan dimarahi sang ibu kandung, bahkan pernah meminta test DNA, apakah dia benar anak kandung orang tuanya apa tidak?Ini menunjukkan adanya kekerasan terhadap pola asuh, ada ketidak percayaan kepada orang tua, dan ada penolakan terhadap keberadaan dan asal usulnya. Ada pola pengasuhan yang salah, inilah yang menjadi inti permasalahan. Pola pengasuhan anak harusnya ada unsur asah, asih dan asuh. Asah adalah peran orang tua memberikan pengetahuan, kepandaian dan pendidikan kepada anaknya. Asih adalah peran orang tua memberikan cinta,  kasih sayang dan kedamaian kepada anaknya. Asuh adalah peran orang tua memberikan pengasuhan dan  perlindungan kepada anaknya. Apabila ketiga unsur ini terpenuhi, tidak peduli seperti apa kondisi ekonomi orang tua, sang anak pasti akan memahami. Anak adalah harta yang tak ternilai dan merupakan titipan Ilahi yang harus dicintai, dijaga dan dilindungi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun