[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Jokowi-JK menunjukkan nomor urut saat acara pengundian dan penetapan nomor urut untuk pemilihan presiden Juli mendatang di kantor KPU, Jakarta Pusat, Minggu (1/6/2014). Pada pengundian ini, pasangan Prabowo-Hatta mendapatkan nomor urut satu sedangkan Jokowi-JK nomor urut dua. (TRIBUNNEWS/HERUDIN)"][/caption]
No urut 1 : PRABOWO
Diawali dengan mengucapkan Assalamu’allaikum Wr Wb, lalu Prabowo mengucapkan terima kasihnya atas kerja keras KPU, TNI, Polri. Menyampaikan rasa hormatnya dan kebanggaannya kepada mitra koalisi Merah Putih-nya, Megawati, Jokowi dan JK, Jimly Asshidiqi, rekan-rekan media yang dia sebut “rajin”, dan tak terlupakan adalah calon wakilnya Hatta Rajasa. Berbicara tanpa mimik ragu di wajahnya, tegas, tidak berbasa-basi, tidak membahas keberhasilannya telah memilih surat yang di dalamnya tertera nomor urut wahid alias SATU. Usai pidato mengarahkan mikrofon kepada Hatta Rajasa untuk menawarkan apakah sang cawapres mau pidato atau tidak. Terakhir menyiratkan bahwa pada akhirnya beliau akan menghormati apa pun pilihan rakyat Indonesia. Tidak memakai kesempatan dalam kesempitan durasi 3 menit untuk berkampanye.
No urut 2 : JOKO WIDODO
Mengawali pidato dengan sangat islami, yang cukup sempurna. Namun hanya menyebut penghormatan dengan kata “senior” tanpa menyebutkan siapa saja senior tersebut. Lalu hanya disambung dengan kata “ibu bapak sekalian”. Kemudian Jokowi membicarakan tentang arti nomer 2 menurut dia. Bahwa 2 adalah keseimbangan, ada capres ada cawapres, ada telinga kanan telinga kiri, ada tangan kanan tangan kiri, intinya ada harmoni katanya. Lalu diakhiri dengan kesempatan berkampanye, “Pilih nomer 2,” katanya, di depan para petinggi KPU, di kantor KPU. Setelah mukadimah pidato, ada sedikit jeda waktu bicara yang mungkin dipakai oleh Jokowi berpikir. Ditandai dengan mulut Jokowi yang sedikit terbuka, mata yang menunjukkan pemiliknya sedang memikirkan sesuatu.
Ada yang bilang, cara dan isi bicara seseorang, menunjukkan siapa dia. Bagaimana karakternya pribadinya, bagaimana pola berpikirnya, dan apa ide-ide nya. Durasi 3 menit, waktu yang cukup singkat tapi cukup signifikan untuk menjelaskan segalanya.
Menyebut terima kasih kepada kerja keras KPU, TNI, POLRI, menghormati rival poltik, dan membanggakan mitra koalisi dan calon wakil sendiri, adalah petunjuk penting Prabowo sangat memiliki penghargaan yang tinggi kepada orang lain. Penyebutan nama satu per satu, menunjukkan Prabowo bersungguh-sungguh atas ucapannya alias tidak basa-basi, sekalipun kepada rival politiknya, Mega, Jokowi, dan JK.
Hal ini tidak dilakukan oleh Jokowi. Padahal sebagai pembicara kedua setelah Prabowo, Jokowi mestinya punya petunjuk tentang apa yang akan dipidatokannya, supaya lebih berbobot dari Prabowo. Prabowo sebut membanggakan calon wakilnya, sementara Jokowi sama sekali tidak menyebutkan apa pun tentang JK dalam pidatonya. Juga selama ketua dan komisioner KPU berbicara, terlihat beberapa kali Jokowi berbicara kepada JK, sementara Prabowo dan Hatta menyimak secara seksama. Jokowi masih bisa bilang pilih nomer 2, sementara Prabowo tahu dengan tepat, di waktu dan di tempat yang mana dia boleh berkampanye atau tidak. Adapun momen lainnya yang penting diperhatikan adalah sesaat setelah no urut jelas, Prabowo bersalaman erat dengan Hatta, tanda kedekatan dan bersyukur, sementara Jokowi dan JK tidak melakukan interaksi apa-apa.
Sesaat setelah Prabowo-Hatta memasuki ruangan KPU, mereka langsung menghampiri kubu Jokowi-JK untuk bersalaman. Andai yang tiba belakangan adalah kubu Jokowi-Jk, penulis tidak yakin mereka menghampiri kubu rival politik untuk bersalaman, mengingat kekakuan sikap Jokowi-JK, juga mengingat sikap ibu suri PDIP yang selalu tidak bersahabat dengan rival politik, contohnya SBY. Satu hal yang penting dicatat adalah, Jokowi tidak memberikan penghormatan apa pun terhadap rival politiknya Prabowo-Hatta di dalam pidatonya. Berbeda dengan pidato Prabowo yang me-mention nama Megawati, Jokowi, dan JK. Sepertinya Jokowi mewarisi persis sifat sang ibu suri. Dan mementahkan pidato Jokowi sendiri yang menyebut kata "harmoni".
Pidato 3 menit, mampu ungkapkan segalanya. Seperti pandangan pertama, pidato singkat mampu menjelaskan siapa orang itu sebenarnya. Pidato 3 menit tidak mampu mengakomodasi niat pencitraan. Sebab pidato 3 menit hanya akan mengungkapkan siapa yang sedang berbicara sesungguhnya. Dalam sempitnya waktu, dalam keadaan serba terbatas, dalam itulah kita bisa mendapatkan potret yang jelas, tentang profil seseorang.
Ibarat seorang pendaki gunung yang tersesat atau terjebak bencana. Dalam keadaan yang serba terbatas tapi harus cepat mengambil keputusan yang tepat untuk survive, dalam itulah karakter asli seseorang terlihat dengan sangat JELAS.
Dear rakyat Indonesia, Semoga kita semua tidak salah memilih siapa yang akan mampu membawa bangsa kita ke arah perubahan dan perbaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H