Sebuah gambar kiriman salah satu temanku. ku harap tak terfikirkan adanya implementasi negatif. Karena bila ditelaah lebih jauh, tulisan itu dimaksudkan untuk "GUNAKAN LISTRIK SEPERLUNYA" sebuah pesan positif untuk tidak boros dalam pemakaian dan penggunaan listrik. Selain untuk menghemat biaya pesan itu juga bernilai tinggi karena dapat mengurangi dampak negatif dari pemakaian listrik yang berlebihan. Namun entah kenapa, seiring dengan memudarnya huruf L dan K. pesan positif itu berubah menjadi suatu kalimat yang mengandung pelecehan, tidak manusiawi bahkan mungkin bagi sebagian kaum wanita bisa dikatakan tulisan itu tak memanusiakan manusia dan tidak memiliki pesan moral sedikitpun. karena toh wanita juga adalah mahluk ciptaan tuhan yang terkadang ingin ditinggikan dan dipoposisikan selayaknya manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini. Yaitu, suatu kedudukan atau Keberadaan manusia sebagai mahluk penguasa bumi yang memegang peranan penting atas alam dan seisinya yang telah Tuhan titipkan kepadanya yang membuat manusia berada lebih tinggi dari mahluk manapun entah itu binatang, tumbuhan atau apapun benda yang ada dibumi. Maka cukup jelas, Wanita bukan barang atau apapun yang dapat digunakan begitu saja, seenaknya atau juga hanya diambil keuntungannya saja. Yang lebih sadisnya, Wanita bukan sesuatu apapun yang halal dibuang setelah dipakai. Maka wajar bahkan pantas apabila kata-kata itu dikategorikan kedalam bahasa yang tidak memanusiakan manusia. Di negaraku, wanita dan anak-anak ditinggalkan. Di negaraku. wanita dan anak-anak kelaparan. Di negaraku, wanita dan anak-anak mencari penghasilan. Dan dinegaraku, sang bapak berkeliaran. Ditengah-tengah maraknya poligami, kawin kontrak dan pengesahanUU nikah siri. Aku ditampar oleh tayangan-tayangan televesi tanah air yang mendeskripsikan betapa malangnya seorang ibu yang menggantikan peranan sang bapak dan betapa kejamnya seorang anak yang seharusnya duduk dibangku sekolah dengan memakai seragam rapi dan beberapa buku di genggaman tanganya. Ia harus memeras keringat dengan mengamen bahkan meminta-minta dijalanan. Sungguh naas, bukan buku yang ada digenggaman tangannya tapi sebuah gitar, gelas aqua kecil, atau apapun saja yang dapat menjadikannya seseorang yang patut dikasihani. Tak cukup sampai disitu, ia pun harus rela berada ditengah teriknya matahari diwaktu dimana ia seharusnya duduk nyaman diatas bangku yang menjadikannya siap menatap masa depan.
Bermaksud positif namun akhirnya negatif. Mungkin itu suatu titik tolak yang pantas untuk istilah-istilah yang dinamakan poligami ataupun nikah siri. Betapa tidak?, layaknya tulisan dinding "GUNAKAN LISTRIK SEPERLUNYA" yang di awal kemunculannya berisi pesan-pesan positif. Seiring perubahan dan seleksi alam kini telah berganti dengan suatu argumen atau anggapan yang keliru. Menilik sejarah awal kemunculan poligami contohnya, Selain dikategorikan sunnah Rasul poligami juga dimaksudkan agar kaum yang berpoligami bersifat adil, saling menolong, peduli dan mampu menjaga wanita. oke, kurang lengkap sepertinya kalo aku tidak bercerita tentang mengapa Rasulullah S.A.W (jawab: sollualaih) beristri banyak. Suatu ketika, Pernah kubertanya kepada seorang guru yang mengasuhku. "maaf bu, kalo misalnya bapak ingin menikah lagi atau bahasa kerennya berpoligami ibu siap?" celetukku mengawali pembicaraan dipagi itu. Guruku: "Alah kamu nh apa toh gus?". Dengan perasaan malu, g enak, sungkan, dan bingung kenapa aku berani-beraninya bertanya seperti itu dan bahkan perasaan takut pun kini mulai menggelantungiku. Jauh dalam lubuk hatiku Bertanya "Aku iki kok goblok yo? isuk-isuk wes golek perkoro! petuk petuk!" Cukup lama aku terkunci dalam ketidak nyamanan ini. Hingga akhirnya perasaan takut, malu, g enak dan apapun itu memudar bahkan rasanya percakapan ini tak perlu diteruskan lagi karena aku kini ingin tertawa lepas mendengar tanggapan Guruku. "it's oke, selama kewajiban lahir batin tercapai, kenapa tidak?" (its oke? wasaili? sejak kapan orang yang aku takuti karena sungkanku terhadapnya ini berubah jadi ibu-ibu gaul? hahaha). "Dan meskipun itu sunnah rasul tapi kita terlebih dahulu mengetahui apa tujuan sunnah itu sebelumnya" lanjut guruku. Kemudian jadilah Ia bercerita panjang lebar tentang mengapa Rasulullah berpoligami (beristri banyak). Di awal pernikahannya dengan Siti Khadijah waktu itu Siti khadijah adalah wanita muslim pertama (dengan kata lain satu-satunya) dan berumur 40 tahun dengan status janda beranak empat. Kemudian Saudah binti Zum'ah adalah seorang wanita umur 70 tahun berkulit hitam dengan 12 orang anak yang ditinggalkan suaminya yang meninggal di medan pertempuran ketika membela Nabi. Selain itu juga dengan menikahinya diharapkan Nabi mampu melindunginya agar tidak murtad karena memang padawaktu itu Saudah sedang diguncang keimanannya dikarenakan ditinggalkan suaminya dan ketidaksanggupannya untuk menafkahi keduabelas anaknya. Istri ketiga, Aisyah dinikahi saat aisyah sudah baligh (umur 9thn) namun tinggal dengan Nabi saat umur 19 tahun (tidak dapat dikategorikan fedofil, karena memang tujuannya tidak untuk keperluan hawa nafsu semata). selama belum tinggal dengan Nabi Aisyah hanya sebagi seorang murid yang berguru kepada nabi meskipun status aslinya sudah menikah. Dan diharapkan kelak Aisyah dengan statusnya sebagi wanita yang cerdas mampu mengajarkan masalah kewanitaan sepeninggal Nabi kepada seluruh umat islam. Kemudian dilanjutkan Hafsah binti umar, Zainab binti jahsy, Ummu salamah, Ummu habibah, Juwariyah bin al-harist, shafiyyah binti hayyi, Maimunah binti al-harist, Zainab binti khuzaimah, dan Mariyah alqibtiyah. Oke cut-cut! (bak sutradara yang memotong cerita), Muncul inisiatif untuk membuatkan tabel kenapa dan mengapa Nabi berpoligami agar menghindari kebosanan dalam membaca ceritanya. cekidot...Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H