"Djangan bersedih tetapi bergoembiralah kerna besok hari permoelaan pekerdjaan perdjoangan jang seheibatnja"
Bangka, 5 Juli 1949 (Antara)
Kata-kata di atas adalah nasehat Presiden Soekarno yang disampaikan dalam momen perpisahan yang dilaksanakan pada Selasa malam (4/7/1949) yang diadakan oleh rakyat Mentok di Pesanggrahan Bangka Tin Winning (BTW) atau juga dikenal dengan Wisma Ranggam. "Biar kita djauh Dimata, tapi dekat dihati" kata-kata ini tertuang dalam buku lukisan revolusi rakyat Indonesia 1945-1949 yang diterbitkan tahun 1950.
Berbeda dengan kata-kata yang disampaikan oleh Bung Hatta. "Kita membikin Sedjarah Baroe dalem perdjoangan Republiek Indonesia dengen kombalinja Pemerintah kita ke Djogja"
Pertemuan acara perpisahan yang diadakan oleh panitia penyokong pembangunan Republik Indonesia berlangsung dari jam 20:30 WIB sampai dengan jam 21:30 WIB, yang dihadiri ratusan orang dan juga dari golongan Tionghoa.
Dalam momen ini, juga dihadiri oleh seorang Belanda totok yang ikut menyuarakan pendapat bahwa "popularitas presiden Soekarno terhadap rakyat Indonesia di luar Jogja terlihat jelas sekali realitasnya. Dari itu saya percaya untuk dipilih sebagai presiden NIS , tidak akan kurang dari 99%".
Selepas itu, presiden Soekarno bersama rombongan menuju pangkal pinang dengan membawa uang sejumlah 900.000 rupiah dari rakyat Indonesia Bangka dan 25.000 rupiah dari kalangan Tionghoa yang diperuntukkan sebagai penyokong pembangunan Republik Indonesia. Disarikan dari Koran Keng Po, Rabu 5 Juli 1949, Tahun ke XXVI - No. 751 - Bingkok 38.
Mentok, 22 Juni 2023
Suryan MasrinÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H