Sebagai mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, kami merasa bangga dapat berkontribusi melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Mojokembang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Dalam program ini kami selaku Sub kelompok 1 KKN R15 Untag Surabaya yang beranggotakan Rafael Putra Dinata, Wulan Cahyaningtyas, Jazilatus Saida, Alevia Rizqotul Azidah, dan Natasya Amalia Putri Iswyanto, dengan dukungan Dosen Pembimbing Lapangan yaitu Zida Wahyuddin, S. Pd.,M. Si. Inovasi ini tidak hanya menjawab permasalahan lingkungan tetapi juga membuka peluang bagi masyarakat setempat. Kemudian, alasan adanya bentuk penginovasian ini karena Salah satu hasil bumi yang sangat menonjol di Desa Mojokembang adalah padi yang biasanya akan langsung digunakan sendiri untuk bahan pangan sehari-hari.
Kemudian juga, beras hanya diperjual belikan di pasar dan limbah beras pecah atau beras menir langsung dibuang atau bisa juga diberikan ke hewan ternak tanpa adanya pemanfaatan. Kami berinovasi agar beras menir sisa penggilingan beras yang seringkali dianggap limbah tanpa nilai, ternyata menyimpan potensi besar untuk diolah menjadi produk bernilai tambah. Salah satu inovasi yang menarik adalah pemanfaatan beras menir sebagai bahan baku pembuatan sabun batang. Ide untuk mengubah limbah menjadi produk yang bermanfaat bukan hanya sekadar tren, melainkan sebuah langkah cerdas dalam pengelolaan sumber daya. Beras menir, yang kaya akan kandungan pati, memiliki sifat melembutkan dan membersihkan kulit. Dengan demikian, potensi penggunaannya dalam industri kosmetik, khususnya pembuatan sabun, sangatlah menjanjikan.
Tujuan kami memanfaatkan limbah ini tidak serta merta hanya mengurangi volume sampah saja, tetapi juga menciptakan nilai ekonomis baru. Kemudian kandungan pati dalam beras menir dapat memberikan sifat alami yang lembut pada kulit. Sabun batang berbahan dasar beras menir dipercaya dapat melembapkan dan menjaga kelembapan kulit secara alami. Produk-produk alami dan organik semakin diminati konsumen. Sabun batang berbahan beras menir dapat menjadi alternatif menarik bagi konsumen yang mencari produk perawatan kulit yang aman dan ramah lingkungan.MANFAAT GANDA BAGI MASYARAKAT
Tentu saja dalam pengembangan produk baru selalu ada tantangan yang harus diatasi, salah satu tantangan utama adalah proses produksi yang efisien dan standar kualitas yang tinggi. Karena proses pembuatan sabun “Berasiya Soap” memakan waktu yang cukup lama dalam proses pengerasan setelah penuangan ke dalam cetakan (2-3 hari). Di sisi lain, peluang yang terbuka sangatlah besar. Selain dapat di distribusikan di toko sembako, produk sabun batang berbahan beras menir juga memiliki potensi untuk menembus pasar-pasar tradisional maupun pasar modern, dengan semakin meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya produk-produk ramah lingkungan. Menurut ibu Mujiana “saya selaku ketua Ibu-Ibu PKK, sangat terkesan dengan adanya bentuk inovasi pengolahan limbah beras menir menjadi sabun mandi yang di demonstrasikan oleh tim Sub Kelompok 1 KKN R15 UNTAG Surabaya, mudah-mudahan dapat diterapkan oleh warga desa Mojokembang dan dapat menumbuhkan perekonomian warga desa Mojokembang” ujar Ibu Mujiana selaku Ketua Ibu-Ibu PKK Desa Mojokembang.
Pemanfaatan beras menir sebagai bahan baku pembuatan sabun batang merupakan langkah inovatif yang patut diapresiasi. Selain memberikan nilai tambah pada limbah, inovasi ini juga membuka peluang usaha baru dan berkontribusi pada pelestarian lingkungan.Untuk mewujudkan potensi ini, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, pelaku industri, hingga masyarakat. menurut Pak Supriyadi "saya berterima kasih dengan adanya bentuk penginovasian baru dari para adik-adik mahasiswa KKN R15 Untag Surabaya yang memiliki solusi untuk pengurangan dan pemanfaatan limbah beras menir yang di produksi menjadi produk yang memiliki nilai jual yang menguntungkan yaitu dijadikan sebagai sabun mandi, semoga nantinya sabun yang berbahan dasar beras menir dapat di produksi oleh warga Desa Mojokembang" ujar Pak Supriyadi sebagai ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Mojokembang.
Dengan kolaborasi yang baik, kita dapat menciptakan produk-produk berkualitas yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Kemudian juga, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan penggunaan beras menir sebagai bahan baku sabun dan mengidentifikasi potensi manfaat lainnya, serta perlu melakukan kegiatan promosi yang intensif untuk memperkenalkan produk sabun batang berbahan beras menir kepada masyarakat luas. Dengan demikian, limbah beras menir yang selama ini dianggap tidak bernilai dapat disulap menjadi produk yang bermanfaat dan berdaya saing.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI