Mohon tunggu...
Elang Putera
Elang Putera Mohon Tunggu... profesional -

Game-Poetry-History-Love story

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tanah Tumpah Darah

2 November 2012   12:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:04 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja lembayung tebaran akasia
sepasang murai kecil terbagi resah
termangu ragu bebaskan diri
menapak kaki tanah miliknya
bukan harapannya
tempat Ia hirup wangi
guyur hujan merah hati

Ia ayun langkah perlahan
coba bercermin di air kali
batu kecil warna-warni
membenam tawa getir
segaris jati diri
jatuh terselip disela batu
ingin mengambilnya
menggores lebih tebal
tepi garis subur negeri leluhur
saat sepetak sisa besarkan diri
hilang lenyap
teraup setangkup kokoh tangan

Murai pun berandai
petani kecil rindu tanah leluhur
tanah berbatu
tanah sayup ia lantunkan
sebait tembang putih
tembang kasih buat ibu

masihkah mungkin ...
Oh Indonesiaku ...

Elputra84

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun