Tanpa pikir panjang lagi, Diah menerima lamaran Will dengan sukacita. Diah langsung memeluk lelaki dihadapannya itu. Tak peduli lagi jika mereka berada di tempat umum. Mereka juga mendapatkan ucapan selamat dari pramuniaga toko.Â
***
"Kamu Diah?" tanya seorang wanita, saat Diah berjalan di loby menuju pintu keluar kantor.Â
Diah seketika menoleh dan berhenti. Diamatinya wanita di depannya dengan penuh selidik. Dia merasa belum pernah bertemu dengan wanita itu.
"Aku Laksmi. Aku istrinya Mas Will." Wanita berpenampilan modis dan berkacamata hitam itu memperkenalkan dirinya, seakan bisa membaca pikiran Diah. Â Diah terkesiap. Dadanya berdebar. Matanya membulat. Ada rasa tak percaya. Padahal selama enam bulan mengenal Will, tak pernah Will mengakui bahwa dia sudah menikah.Â
"Kita perlu bicara, tentang Will." Wanita itu langsung berbalik, berjalan menuju mobil sedannya yang terparkir di halaman gedung. Diah dengan hati tak karuan menyeret langkahnya dengan ragu. Apakah sebaiknya dia lari saja?Â
'Ah, kalau begitu artinya aku mengakui kalau aku pelakor,' pikirnya. Â
Akhirnya Diah memutuskan mengikuti langkah wanita bernama Laksmi itu. Kemudian masuk ke dalam mobilnya. Laksmi melajukan mobilnya ke sebuah resto. Sekali lagi Diah merasa dadanya berdebar kencang. Bukankah itu resto tempat dia bertemu Will dulu? Apakah yang akan dilakukan wanita itu terhadap dirinya?
'Kita lihat saja nanti,' bisik hatinya. Jika perlu dia akan menghubungi Will untuk datang ke resto itu.
Mereka mengambil tempat di pojokan, yang agak jauh dari keramaian. Diah duduk di depan Laksmi. Masih membisu. Laksmi melihat jari manis Diah. Dia mulai mengerti sejauh mana hubungan suaminya dengan wanita di depannya itu.Â
"Saya pesan es jeruk dua," kata Laksmi kepada waitress yang datang membawa catatan pesanan.Â